Kepala BPS Aceh Ahmadriswan Nasution di Banda Aceh, Senin, mengatakan secara yoy, triwulan pertama cenderung mengalami peningkatan.
Namun, pola yang berbeda pada quarter to quarter/q-to-q, dimana laju pertumbuhan pada triwulan pertama cenderung mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif dalam lima tahun terakhir.
“Secara q-to-q, kondisi ekonomi Aceh pada triwulan I mengalami kontraksi cukup signifikan, minus 6,44 persen dibanding triwulan IV tahun 2023,” ujarnya.
Baca juga: MES minta UMKM manfaatkan momentum PON Aceh untuk bangkitkan ekonomi
Ia menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Aceh sebesar 4,82 persen secara yoy pada triwulan pertama 2024 berasal dari kenaikan produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku, maupun PDRB atas dasar harga konstan.

Pada triwulan pertama tahun 2023, PDRB atas dasar harga berlaku Aceh sebesar Rp53,61 triliun dan PDRB atas dasar harga konstan sebesar Rp35,01 triliun. Sementara pada triwulan pertama 2024, PDRB Aceh atas dasar harga berlaku naik menjadi Rp57,56 triliun dan PDRB atas dasar harga konstan juga naik menjadi Rp36,70 triliun.
“Bila dihitung tanpa migas, ekonomi Aceh pada triwulan pertama 2024 tumbuh 4,18 persen, tanpa migas,” ujarnya.
Riswan menambahkan, hingga triwulan pertama 2024, distribusi PDRB Aceh menurut lapangan usaha masih didominasi oleh sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang mencapai 31,65 persen.
Baca juga: Tekan laju inflasi, akademisi dorong BI stabilkan nilai tukar lewat kebijakan moneter
Selanjutnya, sektor lapangan usaha perdagangan besar dan eceran reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 15,28 persen, administrasi Pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib sebesar 8,88 persen, konstruksi 8,32 persen, dan pertambangan dan penggalian 7,17 persen.
“Sumber pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan pertama 2024 secara yoy paling tinggi dari sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 1,97 persen, disusul administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib sebesar 0,72 persen dan transportasi dan pergudangan 0,71 persen,” ujarnya.
Kendati demikian, lanjut Riswan, ada beberapa sektor yang mengalami pertumbuhan negatif atau kontraksi pada periode itu, yakni sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar minus 0,2 persen dan jasa keuangan dan asuransi sebesar minus 0,01 persen.
“Untuk lapangan usaha yang mendorong pertumbuhan ekonomi secara yoy adalah transportasi dan pergudangan 10,65 persen, pengadaan listrik dan gas sebesar 9,22 persen, serta administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib sebesar 9,08 persen,” ujarnya.
Sedangkan secara q-to-q, pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan pertama 2024 cenderung mengalami kontraksi. Lapangan usaha yang mengalami kontraksi paling besar yakni sektor konstruksi minus 19,61 persen, pertanian, kehutanan dan perikanan minus 9,67 persen, dan sektor penyedia akomodasi dan makan minum sebesar minus 7,05 persen.
Baca juga: Guru Besar Unla: Perlu hilirisasi pertanian guna dongkrak ekonomi Aceh
Pewarta: Khalis SurryEditor : Febrianto Budi Anggoro
COPYRIGHT © ANTARA 2025