Banda Aceh (ANTARA Aceh) - Anggota DPR Aceh Bardan Saidi menilai serapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA) tahun anggaran 2015 masih rendah.
"Dari informasi yang kami terima pekan lalu, serapan APBA 2015 baru sebesar 68,02 persen. Jumlah ini masih sangat rendah mengingat masa tahun anggaran segera berakhir," kata Bardan Saidi di Banda Aceh, Senin.
Menurut anggota DPR Aceh dari Fraksi Gerindra PKS itu belanja dalam APBA 2015 sekitar Rp11 triliun lebih. Dengan realisasi yang masih di bawah 70 persen menunjukan kinerja eksekutif masih lemah.
Bardan Saidi menyebutkan, dengan masa waktu tahun anggaran yang tinggal beberapa hari lagi, sulit bagi eksekutif Pemerintah Aceh mencapai progres seperti diharapkan.
"Mungkin ini dipengaruhi dengan seringnya pergantian kepala satuan kerja perangkat daerah, sehingga melemahkan kinerja bawahannya," ungkap politisi PKS tersebut.
Dengan waktu masa tahun anggaran yang singkat ini, kata dia, satuan kerja perangkat daerah sebagai pelaksana anggaran hanya bisa menyelesaikan masalah kecil-kecil saja, seperti perjalanan dinas dan lainnya.
Rendahnya realisasi anggaran tersebut, lanjut Bardan Saidi, berdampak langsung kepada masyarakat. "Sebab pembangunan sudah direncanakan gagal dikerjakan sehingga masyarakat tidak mendapat manfaat," katanya.
Secara ekonomi, kata dia, juga berdampak kepada peredaran uang di masyarakat. Seharusnya uang yang bersumber dari APBA bisa beredar di masyarakat, namun tidak beredar karena program pembangunan tidak dikerjakan.
Dengan kondisi realisasi anggaran seperti ini, kemungkinan sisa lebih anggaran atau Silpa tetap besar, sama seperti tahun-tahun sebelumnya di atas Rp1 triliun. Silpa yang besar menunjukkan ketidakmampuan eksekutif membelanjakan anggaran yang ada, kata dia.
"Silpa yang besar bukan berarti berhemat-hemat. Tapi, eksekutif tidak mampu membelanjakan anggaran yang sudah ada. Ini patut menjadi catatan karena hal serupa terus berulang," kata Bardan Saidi.
Karena itu, Bardan Saidi mengingatkan agar eksekutif Pemerintah Aceh tidak mengulangi rendahnya realisasi anggaran pada tahun-tahun berikutnya. Hal ini sangat merugikan masyarakat.
"Keledai saja tidak ingin masuk dalam lubang yang sama, masa kita terus berulang mendapat Silpa yang besar setiap tahunnya. Karena itu, eksekutif Pemerintah Aceh harus mampu mencermati masalah ini," kata Bardan Saidi.
"Dari informasi yang kami terima pekan lalu, serapan APBA 2015 baru sebesar 68,02 persen. Jumlah ini masih sangat rendah mengingat masa tahun anggaran segera berakhir," kata Bardan Saidi di Banda Aceh, Senin.
Menurut anggota DPR Aceh dari Fraksi Gerindra PKS itu belanja dalam APBA 2015 sekitar Rp11 triliun lebih. Dengan realisasi yang masih di bawah 70 persen menunjukan kinerja eksekutif masih lemah.
Bardan Saidi menyebutkan, dengan masa waktu tahun anggaran yang tinggal beberapa hari lagi, sulit bagi eksekutif Pemerintah Aceh mencapai progres seperti diharapkan.
"Mungkin ini dipengaruhi dengan seringnya pergantian kepala satuan kerja perangkat daerah, sehingga melemahkan kinerja bawahannya," ungkap politisi PKS tersebut.
Dengan waktu masa tahun anggaran yang singkat ini, kata dia, satuan kerja perangkat daerah sebagai pelaksana anggaran hanya bisa menyelesaikan masalah kecil-kecil saja, seperti perjalanan dinas dan lainnya.
Rendahnya realisasi anggaran tersebut, lanjut Bardan Saidi, berdampak langsung kepada masyarakat. "Sebab pembangunan sudah direncanakan gagal dikerjakan sehingga masyarakat tidak mendapat manfaat," katanya.
Secara ekonomi, kata dia, juga berdampak kepada peredaran uang di masyarakat. Seharusnya uang yang bersumber dari APBA bisa beredar di masyarakat, namun tidak beredar karena program pembangunan tidak dikerjakan.
Dengan kondisi realisasi anggaran seperti ini, kemungkinan sisa lebih anggaran atau Silpa tetap besar, sama seperti tahun-tahun sebelumnya di atas Rp1 triliun. Silpa yang besar menunjukkan ketidakmampuan eksekutif membelanjakan anggaran yang ada, kata dia.
"Silpa yang besar bukan berarti berhemat-hemat. Tapi, eksekutif tidak mampu membelanjakan anggaran yang sudah ada. Ini patut menjadi catatan karena hal serupa terus berulang," kata Bardan Saidi.
Karena itu, Bardan Saidi mengingatkan agar eksekutif Pemerintah Aceh tidak mengulangi rendahnya realisasi anggaran pada tahun-tahun berikutnya. Hal ini sangat merugikan masyarakat.
"Keledai saja tidak ingin masuk dalam lubang yang sama, masa kita terus berulang mendapat Silpa yang besar setiap tahunnya. Karena itu, eksekutif Pemerintah Aceh harus mampu mencermati masalah ini," kata Bardan Saidi.
Pewarta: Pewarta : M Haris SAUploader : Salahuddin Wahid
COPYRIGHT © ANTARA 2025