Langsa (ANTARA Aceh) - Ketua Badan Legislasi Dewan Perwakilan Rakyat Aceh Iskandar Usman Al-Farlaky menyatakan kerajaan Islam Peureulak di Desa Paya Meuligoe Kecamatan Peureulak Kabupaten Aceh Timur Provinsi Aceh, kini terlantar dan nyaris tak terus yang tersisa hanya riwayatmu kini.

Hal itu dikatakan Iskandar kala didapuk menjadi pembicara pada acara Semiloka tentang situs Monumen Islam Asia Tenggara (Monisa) dengan thema mengagas kembali ide pemugaran dan pembangunan Monisa sebagai simbul masuknya Islam pertama di nusantara, diselenggarakan oleh Community Rehabilitation and Reserch Center (CRRC) bekerja sama dengan Dinas Syariat Islam Provinsi Aceh di Hotel Harmoni Kota Langsa, Sabtu (8/8).

Gagasan Monisa, kata Iskandar, berawal ketika dilaksanakannya seminar masuk dan berkembangnya Islam di nusantara pada tahun 1980 di kompleks PT Pertamina Rantau Kualasimpang, sehingga melahirkan rekomendasi bahwa kerajaan Peureulak merupakan daerah masuknya Islam pertama di Asia Tenggara.

"Seminar itu menghasil rekomendasi yang menetapkan masuknya Islam pertama di kawasan Asia Tenggara adalah Peureulak," ungkap politisi muda Partai Aceh itu.

Upaya penyelenggaraan seminar itu, lanjut dia, merupakan gagasan para tokoh Aceh seperti almarhum Arifin Amin dan sejarawan Prof Ali Hasjmy. Masa itu, Menteri Agama RI adalah Munawir Sazali, sebut Iskandar mengenang kembali.

Setelah adanya rekomendasi, sambung dia, kemudian dibentuklah maket Monisa yang sampai kini tidak lagi terlihat jelas dan di lokasi kerajaan Peureulak di Desa Paya Meuligoe dibangun sebuah bangunan kecil yang kemudian menjadi sekolah tingkat Tsanawiyah.

"Sejak dibangun sampai kini tak terawat. Ilalang tumbuh bersemai di sana. Demikian pula makam raja dan sejumlah situs lainnya," ujar mantan wartawan ini di hadapan puluhan peserta semiloka.

Selanjutnya, tutur dia, masyarakat Aceh Timur membentuk sebuah lembaga sosial bernama Yayasan Monisa untuk menjadi perantara antara masyarakat dan pemerintah terkait pembangunan dan pelestarian Monisa itu sendiri.

Akan tetapi yayasan ini ditenggarai tidak bisa berbuat banyak, lantaran tidak masih minimnya data pendukung fakta sejarah yang dimiliki ketika itu, jelasnya.

Iskandar mengkhawatirkan sejarah Kerajaan Islam Peureulak akan menjadi dogeng semata, manakala tidak dilakukan upaya pencatatan dan penelusuran yang akdemis dan akurat.

Untuk itu, dirinya mengajak semua pihak peduli dan mau bersama mencurahkan pemikiran dalam upaya pembangunan dan pelestarian Monisa. Tentunya hal ini menjadi tanggungjawab bersama antara pemerintah dan masyarakat.

"Saya mendorong agar ini terus diperhatikan dan diwujudkan pembangunan Monisa. Sebagi wakil rakyat di DPR Aceh, saya berjuang maksimal untuk ini," pungkas anggota Komisi 1 DPRA ini.



Pewarta: Pewarta: Putra Zulfirman
Uploader : Salahuddin Wahid
COPYRIGHT © ANTARA 2025