Tajol, nelayan Aceh Timur di Aceh Timur, Sabtu, mengatakan biasanya tangkapan ikan nelayan yang bongkar di PPN Idi mencapai 15 ton per hari. Namun, sekarang hanya dua ton per hari.
"Menurunnya hasil tangkapan akibat cuaca buruk di perairan Selat Malaka. Dan ini sudah terjadi sejak sepekan lalu. Kami nelayan tidak bisa berbuat banyak," kata Tajol.
Menurut Tajol, dengan tangkapan sebanyak itu tidak mampu menutupi permintaan pasar lokal. Permintaan ikan di pasar Aceh Timur terpaksa dipasok dari daerah lain.
“Jangankan untuk dijual ke luar Aceh, penjualan dalam kabupaten saja kurang mencukupi, sehingga kondisi ini akan berdampak terhadap harga ikan di pasaran Jika persediaan ikan menipis tentu harga akan naik dua kali lipat dari biasanya,” kata Tajol.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) PPN Idi Ermansyah mengatakan turun hasil tangkapan ikan nelayan membuat aktivitas pekerja terlihat lebih sepi dari biasanya.
"Cuaca buruk membuat sebagian kapal nelayan Aceh Timur menangkap ikan di Samudera Hindia. Kemudian, bongkar muat di Pelabuhan Lampulo, Banda Aceh karena lebih dekat dan menghemat biaya serta lebih efisien dari segi waktu," kata Ermansyah.
Ermansyah mengharapkan cuaca di perairan Selat Malaka kembali normal, sehingga nelayan Aceh Timur bisa melaut dan menangkap ikan sedia kala, tanpa harus ke Samudra Hindia yang berada di pesisir pantai barat selatan Aceh.
"Muda-mudahan cuaca di perairan Selat Malakan dalam sepekan ke depan normal kembali, sehingga nelayan kembali melaut dan ketersediaan ikan mencukupi kebutuhan masyarakat Aceh Timur," kata Ermansyah.
Pewarta: HayaturrahmahEditor : M.Haris Setiady Agus
COPYRIGHT © ANTARA 2025