Jakarta (ANTARA) -- Film Tabayyun tidak hanya hadir sebagai hiburan semata, tetapi juga menyampaikan pesan moral yang mendalam bagi penontonnya. Diadaptasi dari novel best seller karya Ilyas Bachtiar, film ini mengajarkan tentang pentingnya menerima masa lalu dan menghargai diri sendiri. Dalam kehidupan nyata, banyak orang yang terjebak dalam rasa bersalah atau stigma sosial akibat kesalahan masa lalu. Tabayyun mengajak penonton untuk berdamai dengan diri sendiri dan memahami bahwa setiap individu tetap memiliki nilai, terlepas dari pengalaman kelam yang pernah mereka lalui.

Salah satu momen paling emosional dalam film ini adalah dialog kunci dari Arlo (diperankan oleh Ibrahim Risyad), "Seburuk-buruknya masa lalu seseorang, dia tetap berharga di mata Allah." Dialog ini mencerminkan esensi dari perjalanan hidup Zalina (diperankan oleh Titi Kamal), seorang ibu tunggal yang berjuang untuk bangkit dari keterpurukan dan stigma yang mengekangnya. Karakter Zalina tidak hanya menggambarkan ketangguhan seorang wanita, tetapi juga menyampaikan pesan universal tentang harapan dan kesempatan kedua.

Titi Kamal mengaku sangat mengapresiasi Novel Tabayyun karya Ilyas Bachtiar serta sangat tersentuh dengan makna yang terkandung dalam film ini. "Cerita ini mengingatkan kita bahwa setiap orang punya nilai, meski pernah melakukan kesalahan. Saya berharap film ini bisa memberi inspirasi bagi banyak orang untuk lebih menerima diri sendiri dan tidak mudah menghakimi orang lain," ungkapnya.

Film Tabayyun juga menyoroti pentingnya sikap tabayyun atau klarifikasi dalam memahami suatu informasi sebelum menilai seseorang. Di era digital yang penuh dengan misinformasi, pesan ini menjadi sangat relevan. Dengan alur cerita yang kuat dan pesan moral yang mengena, Tabayyun diharapkan dapat menginspirasi penonton untuk lebih bijak dalam menilai diri sendiri maupun orang lain, serta belajar untuk memberikan ruang bagi perubahan dan kesempatan kedua.



Pewarta : PR Wire
Editor: PR Wire

COPYRIGHT © ANTARA 2025