Jakarta (ANTARA) - Hanya 30 persen dari populasi Indonesia yang memiliki akses terhadap lembaga keuangan. Dari 280 juta orang, 70 persen di antaranya masih tergolong kelompok unbanked atau mereka yang tidak memiliki akses memadai terhadap kredit perbankan. Menurut Director & Country Manager 1datapipe Indonesia Herrias Yusmawan, tantangan utama yang dihadapi adalah bagaimana mengidentifikasi segmen masyarakat yang layak untuk diberikan pinjaman, terutama di kalangan yang belum memiliki riwayat kredit.
Lembaga keuangan melihat Indonesia sebagai pasar yang sangat potensial untuk pinjaman. Namun diperlukan alat atau tools yang dapat memberikan gambaran menyeluruh tentang calon nasabah, termasuk karakter, kapasitas pembayaran, dan potensi risiko penipuan, tuturnya di Jakarta (24/1).
Salah satu solusi yang ditawarkan adalah penggunaan teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI) untuk melakukan analisis data secara real-time. Dengan sistem ini, lembaga keuangan dapat dengan cepat mendapatkan informasi yang diperlukan untuk menilai kelayakan kredit seseorang, sehingga proses pengajuan pinjaman dapat dilakukan dalam waktu yang sangat singkat, bahkan dalam hitungan menit.
Data yang akurat dan lengkap sangat krusial untuk menghasilkan skor kredit yang dapat diandalkan. Meskipun Indonesia telah memiliki data nasional, masih ada tantangan terkait kelengkapan dan kualitas data yang tersedia. Oleh karena itu, kami berkomitmen untuk terus melakukan validasi dan perbaikan terhadap model analisis yang digunakan, ungkapnya.
Dengan solusi yang ditawarkan, Herrias berharap dapat membantu lembaga keuangan untuk lebih memahami dan melayani segmen masyarakat yang selama ini terabaikan. Ia percaya bahwa dengan memberikan akses yang lebih baik kepada masyarakat, terutama di daerah pelosok, akan ada peningkatan signifikan dalam inklusi keuangan di Indonesia. Hal ini sejalan dengan amanah pemerintah untuk meningkatkan layanan keuangan bagi semua lapisan masyarakat.
Tantangan dalam memberikan akses kredit, katanya, tidak hanya terletak pada teknologi, tetapi juga pada pemahaman masyarakat tentang produk keuangan.
Banyak orang di daerah pelosok yang belum teredukasi tentang cara kerja lembaga keuangan dan manfaat dari memiliki akses keuangan. Oleh karena itu, edukasi menjadi bagian penting dari strategi inklusi keuangan yang harus dilakukan secara berkelanjutan.
Inovasi dalam penilaian kredit juga menjadi fokus utama 1datapipe. Ia menjelaskan bahwa dengan menggunakan data alternatif, lembaga keuangan dapat lebih mudah menilai kelayakan kredit calon nasabah yang tidak memiliki riwayat kredit.
Data alternatif ini mencakup informasi tentang perilaku dan kebiasaan hidup nasabah, yang dapat memberikan gambaran lebih lengkap tentang kemampuan mereka untuk membayar pinjaman.
Herrias menekankan komitmen 1datapipe untuk terus berinovasi dan berkolaborasi dengan lembaga keuangan dalam rangka meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia. Dengan memanfaatkan teknologi dan data yang tepat, ia yakin bahwa lebih banyak masyarakat, terutama yang berada di segmen underbanked, akan mendapatkan akses yang lebih baik terhadap layanan keuangan.
Ini adalah langkah penting untuk mencapai target inklusi keuangan yang lebih tinggi di masa depan, tutupnya.
Pewarta : PR Wire
Editor: PR Wire
COPYRIGHT © ANTARA 2025