"Fogging ini untuk mencegah penyebaran jentik nyamuk Aedes Aegypti, setelah ditemukan seorang bocah positif DBD di desa itu beberapa waktu lalu," kata Kepala Dinas Kesehatan Aceh Utara, dr Machrozal, kepada wartawan saat dihubungi dari Lhoksukon.
Dikatakan, sebelum difogging terlebih dulu Dinkes Aceh Utara menurunkan tim untuk dilakukan pemeriksaan sesuai prosedur, setelah mendapat laporan tentang adanya seorang bocah diserang DBD.
"Saat diperiksa ke lokasi oleh petugas di hari sebelumnya, ternyata benar ditemukan adanya jentik nyamuk Aedes Aegypti, makanya petugas langsung melakukan fogging hari ini ke lokasi di maksud," kata Machrozal.
Setelah dilakukan fogging, Mahcrozal juga mengimbau, agar warga desa tersebut tetap melakukan gotong-royong membersihkan selokan dan lainnya guna membasmi penyebaran jentik nyamuk tersebut.
Menurut Machrozal, nyamuk Aedes Aegypti berkembang di air bersih seperti bak mandi dan tempat penampungan air hujan, sedangkan nyamuk yang menularkan malaria (anopheles) berkembang di air kotor.
"Bedanya lagi, nyamuk Aedes Aegypti ini beraktivitas pada siang hari, sedangkan yang menularkan malaria beraktivitas malam hari," jelas Machrozal pula.
Oleh karena itu, Kepala Dinas Kesehatan Aceh Utara ini, mengimbau warga agar menggunakan kelambu saat tidur, khususnya bagi anak-anak yang tidur pada siang hari mencegah gigitan dari nyamuk Aedes Aegypti.
"Kita sarankan warga agar bergotong-royong dan menggunakan kelambu saat tidur, mencegah gigitan nyamuk Aedes Aegypti yang braktivitas siang hari," imbau Machrozal.
Machrozal menyatakan, sepanjang tahun 2018 hanya satu kasus yang ditemukan positif DBD berdasarkan data dimiliki pihaknya.
Kaur Umum Desa Samakurok, Abdul Rafar membenarkan bahwa desanya telah difogging, setelah adanya seorang bocah diserang DBD beberapa waktu lalu, dan saat ini bocah dimaksud masih dirawat di salah satu rumah sakit di Lhokseumawe.
Pewarta: ZubirEditor : Heru Dwi Suryatmojo
COPYRIGHT © ANTARA 2025