Kepala SMAN 1 Pasie Raja, Rasmadi SPd kepada wartawan di Tapaktuan, Rabu mengatakan, pihak sekolah telah melarang dewan guru dan siswa memasuki bangunan yang dibangun sekitar tahun 2008, karena jika sewaktu-waktu digoyong gempa maka bangunan itu diperkirakan akan ambruk dengan sendirinya.
"Selain atap sudah bocor dan plafon sudah pecah, dindingnya juga sudah mulai retak-retak, sehingga jika terjadi gempa, bangunan yang sudah dimakan usia itu terancam roboh dengan sendirinya," katanya.
Untuk menghindari jatuh korban jiwa, pihak sekolah setempat mengusulkan kepada Dinas Pendidikan Aceh agar segera membongkar paksa bangunan laboratorium bahasa tersebut, sebab konstruksi bangunan yang sudah lapuk seperti itu tidak mungkin dipertahankan lagi.
"Bangunan tersebut sudah selayaknya direhap kembali atau dibangun baru, sebab kondisinya sekarang ini sangat memprihatinkan bahkan bisa mengancam keselamatan siswa dan dewan guru," ujarnya.
Memang, lanjut Rasmadi, jika dilihat dari luar bangunan tersebut terkesan masih layak pakai, tapi ketika dilihat langsung dari dalam sangat mengkhawatirkan.
Menurutnya, saat diserahterimakan dari kontraktor pelaksana, bangunan laboratorium yang dibangun menggunakan sumber anggaran Otsus tahun 2008 tersebut, hanya dalam bentuk bangunan kosong tanpa dilengkapi alat penunjang belajar mengajar apapun.
"Kami hanya menerima bangunan kosong setelah selesai dikerjakan, namun tidak dilengkapi peralatan apapun yang dibutuhkan sebuah laboratorium bahasa," ungkapnya.
Pihaknya, lanjut Rasmadi, telah mengusulkan kepada Pemerintah Aceh dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk keperluan peralatan penunjang proses belajar mengajar bangunan laboratorium bahasa tersebut, tapi belum ditindaklanjuti sampai saat ini.
Pewarta: HendrikUploader : Salahuddin Wahid
COPYRIGHT © ANTARA 2025