Banda Aceh (ANTARA) - Akademisi Universitas Syiah Kuala (USK) Prof
Sugianto menyatakan pengembangan kacang koro menjadi peluang besar bagi kemandirian pangan Aceh.
"Kacang koro dapat menjadi produk unggulan baru yang sehat, murah, dan ramah lingkungan," kata Dekan Fakultas Pertanian USK, Prof Sugianto di Banda Aceh, Selasa.
Pernyataan itu disampaikan di sela-sela Focus Group Discussion (FGD) bertema “Dukungan Kebijakan dan Pengembangan Strategi Keberlanjutan Kacang Koro Pedang di Banda Aceh.
Baca juga: USK terapkan "smart feeder" terintegrasi akuaponik untuk dukung ketahanan pangan kota
Ia menjelaskan pengembangan kacang koro merupakan peluang besar bagi kemandirian pangan Aceh sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap bahan pangan impor.
“Kita mencari kebijakan yang tepat agar kacang koro bisa dikembangkan secara berkelanjutan. Ini menjadi tantangan bagi kita untuk menciptakan sumber pangan sehat dan murah, sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap bahan pangan impor,” kata Prof Sugianto.
Ia menekankan pentingnya menjaga dan melestarikan tanaman lokal Aceh yang mulai jarang dibudidayakan.
“Banyak tanaman lokal kita yang mulai hilang. Karena itu, kita harus mendorong inovasi agar produk pangan lokal terus berkembang. Intinya, kita ingin memberdayakan dari hulu ke hilir,” katanya.
Sugianto juga mengapresiasi langkah Departemen Teknologi Hasil Pertanian yang terus berinovasi dalam memperkenalkan produk-produk berbasis pangan lokal.
“Kami bangga dengan terobosan yang dilakukan THP. Di mana upaya tersebut sangat penting untuk mewujudkan ketahanan pangan yang berkelanjutan di Aceh,” kata Prof Sugianto.
Ketua panitia FGD, Dr Dewi Yunita menjelaskan gagasan pelaksanaan FGD berawal dari kolaborasi Rencana Pembangunan Aceh (RPA) bersama Dinas Pertanian Aceh.
Ia mengatakan dari forum tersebut muncul ide untuk mengembangkan kacang koro sebagai salah satu komoditas pangan lokal yang potensial dan mampu mengurangi ketergantungan pada impor kedelai.
Ia menambahkan, kegiatan ini tidak hanya berfokus pada aspek produksi, tetapi juga mencakup strategi pengembangan dari hulu hingga hilir, termasuk pelibatan petani, industri, akademisi, dan pemerintah.
“Mudah-mudahan kegiatan singkat ini bisa menghasilkan rumusan kebijakan dan arah strategis yang bermanfaat bagi pengembangan pangan lokal di Aceh,” katanya.
Baca juga: Kementerian PU lanjutkan pembangunan irigasi di Aceh Barat, telan anggaran Rp170 miliar
Pewarta: M IfdhalEditor : Febrianto Budi Anggoro
COPYRIGHT © ANTARA 2025