Banda Aceh (ANTARA) - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) pada Triwulan II 2025 menyatakan bisnis emas dan haji menjadi mesin utama pertumbuhan per Juni 2025 dengan laba BSI tumbuh solid di angka 10,21 persen (YOY) mencapai Rp3,74 triliun (audited).
"Pertumbuhan ini menjadikan BSI salah satu bank di Indonesia dengan pertumbuhan tertinggi. Rerata indikator kinerja keuangan BSI tumbuh dobel digit atau di atas industri," kata Direktur Utama BSI Anggoro Eko Cahyo dalam keterangan diterima di Banda Aceh, Senin.
Ia menjelaskan kinerja yang kuat pada Triwulan II/2025 adalah buah dari konsistensi Perseroan fokus pada bisnis khas bank syariah, yakni emas dan islamic ecosystem terutama layanan haji dan umrah.
‘’Bisnis tersebut tentu saja didukung transformasi digital sehingga memudahkan nasabah mengakses layanan,” katanya dalam Paparan Kinerja BSI Triwulan II 2025.
Baca juga: Wagub luncurkan Rumah Quran BSI di Aceh
Ia mengatakan bisnis emas dan haji yang ditopang digitalisasi adalah strategi BSI untuk tetap tumbuh dalam kondisi makro ekonomi pada awal tahun yang cukup menantang.
Produk dan layanan BSI, kata dia, saat ini dapat diakses melalui aplikasi mobile banking BYOND.
Per Triwulan II 2025, Pembiayaan BSI tumbuh lebih tinggi dari industri perbankan nasional yakni pada level 13,93 persen (YoY) dengan outstanding mencapai Rp293,24 triliun.
Mayoritas pembiayaan dikontribusi segmen Ritel dan Konsumer termasuk emas sebesar Rp211,78 triliun yang mengomposisi 72,22 persen, disusul segmen Wholesale sebesar 27,78 persen.
Pembiayaan bisnis emas BSI melesat 88,25 persen (YoY) mencapai Rp16,88 triliun yang terdiri atas Cicil Emas Rp9,09 triliun tumbuh 155,41 persen (YoY), dan Gadai Emas Rp7,79 triliun tumbuh 44,08 persen (YoY). Melesatnya pembiayaan emas mendorong pembiayaan Konsumer BSI naik 16,20 persen dengan oustanding Rp162,19 triliun.
Tak hanya tumbuh sustain, kualitas pembiayaan terjaga dengan indikasi NPF Gross 1,87 persen membaik dari periode sebelumnya dan lebih baik dari posisi industri yang berada pada level 2,22 persen.
Sementara itu Direktur Finance and Strategy Ade Cahyo Nugroho menjelaskan bahwa strategi lain yang juga mendorong kinerja solid yakni pengelolaan dana murah. Dana Pihak Ketiga (DPK) BSI tumbuh konsisten dengan Tabungan sebagai engine growth, sehingga menjaga komposisi Dana Murah (CASA) di level 61,78 persen atau Rp199,48 triliun. Ekosistem payroll dan haji terbukti mampu mendorong pertumbuhan DPK 8,83 persen (YoY) mencapai Rp323 triliun. Tabungan BSI mencapai Rp141,30 triliun, tumbuh 9,71 persen (YoY).
Melesatnya bisnis berbasis emas, kata Ace Cahyo, meningkatkan pendapatan margin perseroan ke level Rp14,09 Triliun, tumbuh 16,61 persen (YoY) serta pendapatan berbasis fee menjadi Rp2,94 triliun, naik 18,37 persen. Di sisi lain, peningkatan DPK menjaga aset BSI pada angka Rp401 triliun.
Layanan bulion bank yang dibuka pada Februari 2025 juga turut berkontribusi pada kinerja perseroan karena dapat menghasilkan fee based income dari transaksi jual dan beli emas melalui BYOND. Total Tabungan Emas masyarakat telah menyentuh 1 ton.
“Memasuki akhir tahun ini, kami akan melanjutkan pertumbuhan pembiayaan pada segmen yang sustain dan sehat, transformasi digital berkelanjutan agar layanan BSI makin cepat, efisien, dan inklusif dan peningkatan kapabilitas SDM serta IT dan infrastruktur”, katanya.
Baca juga: BSI Fasilitasi mahasiwa unggulan daerah masuk kampus top Indonesia
Pewarta: M IfdhalEditor : Febrianto Budi Anggoro
COPYRIGHT © ANTARA 2025