Pekanbaru, (ANTARA) - Polisi mengungkap kejahatan bekas mitra Bulog berinisal RG yang memproduksi beras oplosan untuk didistribusikan ke 22 toko di Kota Pekanbaru, Riau.
Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Kepolisian Daerah Riau meringkus tersangka RG dan menyita 9,7 ton beras oplosan yang dikemas ulang menggunakan karung beras berbagai merek.
RG sempat menjadi mitra Bulog namun telah di-"blacklist" sejak November 2023.
Pengungkapan kasus ini bermula dari pengecekan di sebuah ruko milik RG di Jalan Sail pada 24 Juli 2025. Di lokasi itu, ditemukan 79 karung beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) serta sejumlah karung kosong dengan merek yang sama.
Baca juga: Senator Darwati awasi distribusi beras di Aceh antisipasi oplosan
“RG mengoplos beras kualitas rendah dan beras 'reject' dari Pelalawan, kemudian dikemas ulang ke dalam karung SPHP dan dijual ke sejumlah toko,” kata Direktur Ditreskrimsus Polda Riau Kombes Pol Ade Kuncoro di Pekanbaru, Selasa (29/7).
Hasil pengembangan penyelidikan mengungkap RG telah menyuplai beras oplosan ke beberapa toko di Pekanbaru. Total ada 12 merek yang diduga merupakan hasil pengoplosan, diantaranya seperti Anak Daro, Family, Kuriak Kusuik.
Beras dijual dengan sistem titip dan RG akan datang setiap minggu ke toko-toko untuk mengambil hasil penjualan. Beras oplosan tersebut dijual di atas harga eceran tertinggi (HET), yakni sekitar Rp13 ribu per kilogram, sehingga pelaku meraup untung hingga Rp5 ribu per kilogram.
Baca juga: YAKC Aceh dorong reformasi perlindungan konsumen di tengah maraknya pengoplosan beras
Dalam enam bulan terakhir, polisi memperkirakan keuntungan RG mencapai Rp500 juta.
"Berdasarkan pengakuan tersangka, ia telah melancarkan aksinya selama dua tahun belakangan,” ujar Ade.
Polda Riau lanjutnya juga tengah menyelidiki asal-usul karung SPHP kosong yang digunakan pelaku.
Akibat perbuatannya, RG disangkakan atas pasal 62 ayat 1 Undang-Undang nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, dengan ancaman hukuman maksimal 5 tahun dan denda Rp2 milliar.
Baca juga: Membedah anomali harga beras saat cadangan meningkat
Pewarta: Bayu Agustari Adha/Annisa FirdausiEditor : Febrianto Budi Anggoro
COPYRIGHT © ANTARA 2025