Bengkayang (ANTARA) - Serbuk gergaji atau sawdust, yang sebelumnya dianggap sampah dan mengakibatkan masalah lingkungan, kini punya nilai ekonomi yang bisa dirasakan masyarakat kecil. Bukti nyatanya sudah dirasakan oleh warga di Kabupaten Mempawah, Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar), yang merasakan manfaat dari mengumpulkan sawdust untuk bahan pencampur (cofiring) biomasaa di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Sella, 21 tahun, adalah salah satu dari puluhan warga setempat yang mengumpulkan sawdust dari tempat penggergajian kayu (sawmill) di daerah tersebut. Dalam sehari ia bisa mengumpulkan 50-60 karung yang dibeli Rp4.000/karung oleh perusahaan penyuplai biomassa PLN.
Ibu rumah tangga di Desa Sungai Duri 2, Kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten Mempawah ini, mengumpulkan sawdust bersama suaminya setiap hari untuk dijual ke PT Senator Karya Manages (SKM), perusahaan pemasok bahan baku biomassa ke PLN.
Baca juga: Begini manfaat program cofiring biomassa buka lapangan kerja baru di Aceh Jaya
Dari hasil kerja tersebut Sella mengaku kebutuhan sehari-harinya terpenuhi dengan layak. Sebelum ada program biomassa masuk ke desanya, ia bekerja sebagai pencari kayu di hutan.
"Bila dibandingkan dengan mengumpul sawdust, pendapatan ini jauh lebih besar. Apalagi ini limbah sawmill dekat dengan rumah. Untuk pendapatan juga jauh lebih baik dari sebelumnya karena sebelumnya saya harus mencari kayu di hutan dengan jarak yang cukup jauh," ujarnya.
Ibu satu anak ini mulai mengumpulkan sawdust sejak pagi hingga sore hari, kemudian lanjut sore ke malam.
Program yang baru saja masuk di desanya itu terbukti telah mampu menghidupi keluarganya dan puluhan warga lainnya. Uang yang dia dapatkan dari mengumpulkan sawdust digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-haru seperti untuk membeli susu anak, popok, dan kebutuhan rumah tangga lainnya.
Jika berkelompok, katanya, mereka mampu menghasilkan 400 karung per hari dan rata-rata yang bekerja adalah para ibu rumah tangga.
Solusi Masalah Lingkungan
Japar (50), yang juga warga setempat mengatakan, selama ini limbah sawmill hanya terbuang sia-sia saja sebagai sampah. Namun dengan adanya program cofiring biomassa, limbah sawdust memberi pendapatan tambahan dan buka lapangan kerja baru bagi warga. Selain itu, pengumpulan sawdust juga menjadi solusi bagi masalah lingkungan di daerah itu.
"Sudah beberapa kali (sawdust) terbakar dan kalau musim banjir limbahnya akan naik ke permukiman warga," ujarnya.
Sementara itu, Penanggung jawab PT. Senator Karya Manages (SKM), Nur Jamal, mengatakan program energi terbarukan (EBT) melalui pemakaian biomassa untuk bahan bakar pencampur atau cofiring di pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Bengkayang ditujukan agar mampu memberikan manfaat positif bagi masyarakat.
"Selama ini sawdust itu dibiarkan begitu saja. Daripada terbengkalai, sekarang dimanfaatkan sehingga mampu membuka lapangan kerja baru dan pastinya menambah penghasilan bagi masyarakat," katanya.
Baca juga: Sekam padi 500 ton/bulan terserap untuk cofiring biomassa di PLTU Nagan Raya
Dia mengatakan rata-rata pengumpulan Sawdust dari warga mencapai 790 ton per bulan. Pekerja rata-rata ibu rumah tangga dan pemuda yang sebelumnya menganggur.
"Siapapun masyarakat bisa menjualnya ke kami, kami siap terima," ujarnya.
Perusahaan lokal tersrbut merupakan mitra PLN dalam penyediaan bahan baku cofiring biomassa di PLTU Bengkayang sejak medio 2024.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Warga Mempawah rasakan manfaat program cofiring biomassa limbah kayu
Pewarta: NarwatiEditor : Febrianto Budi Anggoro
COPYRIGHT © ANTARA 2025