Banda Aceh (ANTARA) - PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagut Integrated Terminal (IT) Lhokseumawe mengembangkan  pengembangan edu-ekowisata berbasis masyarakat di lahan Kampus Reuleut Universitas Malikussaleh, Aceh Utara.

"Pengembangan edu-ekowisata alam Reuleut sebagai pusat edukasi, penelitian, dan pemberdayaan masyarakat," kata Area Manager Comm, Rel & CSS PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagut, Susanto August Satria dihubungi di Banda Aceh, Selasa.

Ia menjelaskan pengembangan eduekowisata tersebut merupakan bagian dari program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) dalam bidang pelestarian keanekaragaman hayati.

“Edu-ekowisata alam Reuleut akan dibuka untuk umum pada akhir Juni 2025. Setiap spesies flora dan fauna akan dilengkapi dengan kode QR interaktif agar memudahkan pengunjung untuk belajar secara digital,” kata Satria.

Baca juga: Pertamina sanksi SPBU di Nagan Raya diduga bermasalah, warga tidak bisa isi BBM

Sebelumnya Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagut bersama Universitas Malikussaleh menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) dan sosialisasi rencana kerja Program Konservasi Bersama di kawasan Kampus Reuleut Universitas Malikussaleh, Aceh Utara.

Kegiatan tersebut menjadi bagian dari program TJSL Pertamina, khususnya dalam bidang pelestarian keanekaragaman hayati yang telah berjalan sejak 2023. 

Menurut dia kunci sukses program tersebut adalah sinergi lintas sektor yakni pemerintah, akademisi, dan masyarakat. Kolaborasi tersebut bukan hanya menjaga alam, tetapi juga membangun masa depan yang berkelanjutan bagi generasi mendatang.

“Program ini telah melahirkan berbagai inisiatif, mulai dari pendirian rumah anggrek hingga konservasi burung merak dan serindit. Tahun ini, kami fokus menjadikan kawasan ini sebagai destinasi edu-ekowisata yang melibatkan masyarakat sebagai pelaku utama,” katanya.

Dekan Fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh, Baidhawi menambahkan kawasan konservasi di Kampus Reuleut telah mendapat dukungan resmi dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh. 

“Kami akan memperluas konservasi, termasuk terhadap burung rangkong yang terancam punah dan flora endemik seperti kantong semar serta bunga jeumpa, ikon khas Aceh Utara,” katanya.

Program tersebut juga bagian mendukung pencapaian berbagai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), di antaranya: SDG 4 (Pendidikan Berkualitas) melalui penyediaan edukasi lingkungan, SDG 8 (Pekerjaan Layak & Pertumbuhan Ekonomi) lewat penciptaan lapangan kerja berbasis wisata, SDG 13 (Penanganan Perubahan Iklim) melalui konservasi, serta SDG 15 (Menjaga Ekosistem Daratan) lewat perlindungan keanekaragaman hayati.

Baca juga: Temui Menteri ESDM, BPMA minta percepatan alih kelola migas Blok Rantau



Pewarta: M Ifdhal
Editor : Febrianto Budi Anggoro
COPYRIGHT © ANTARA 2025