Singkil (ANTARA Aceh) - Pihak kepolisian bersama keluarga menemukan warga Pea Jambu, Kabupaten Aceh Singkil, Selan (30), karyawan PT Perkebunan Nafasindo, di Mandailing Natal, Sumut, Senin (6/3), yang semula dikabarkan hilang diculik pada akhir Februari 2017.

"Ternyata bukan diculik oleh seseorang, melainkan melarikan diri karena adanya masalah sosial di lingkungannya, akibat terbebani pikiran dan stres, sehingga Selan melakukan ide penculikan diri sendiri," kata Kapolres Aceh Singkil AKBP Ian Rizkian Miliardin melalui Kasat Reskrim Iptu Agus Riwayanto di Singkil, Selasa.

Hal itu,  kata Agus, berdasarkan kronologis pelacakan pihak kepolisian terhadap Selan yang singgah di Bank Mandiri Syariah Rimo dan Singgah di Bank Syariah Subulussalam untuk mengambil uang tabungannya melalui ATM mengendarai motor bebeknya dengan nomor polisi BL 5949 RE.

Sedangkan upaya penculikannya meminta uang tebusan Rp100 juta hingga menurun sampai Rp20 Juta adalah melalui telepon genggam pakai nomornya pribadi yang menurut keluarganya adalah suaranya Selan sendiri.

Sementara langkah Selan selanjutnya melarikan diri menuju Mandailing Natal, menggunakan mobil angkutan sewa dan meninggalkan motornya di Subulussalam.

"Dipastikan langkah karyawan Nafasindo itu juga hendak ke Pekan Baru,  Riau, namun karena telah ditemukan di Mandailing Natal, Selan akhirnya dibawa kembali ke Singkil," jelas Agus.

Tindak lanjut dalam kasus tersebut, Agus menyebutkan tidak ada itu tergantung dari pihak keluarganya. Dan keluarganya tadi pagi mengucapkan terima kasih kepada pihak kepolisian, katanya.

Kebetulan salah seorang anggota DPRK Aceh Singkil Aminullah yang ikut mendampingi keluarga Selan membenarkan,  Selan menghilang karena masalah sosial yang membuat tekanan psikis terhadapnya,  sehingga ia mencoba melakukan ide itu.

Sebelumnya, kasus dugaan hilangnya karyawan perusahaan perkebunan kelapa sawit PT Nafasindo itu hilang dalam perjalanan pulang naik sepeda motor dari Rimo, Kecamatan Gunung Meriah, menuju rumahnya di Pea Jambu.

Berdasarkan kronologis kasus Selan, pada hari kejadian sebelum hilang korban ditelepon oleh seseorang yang mengajaknya bertemu di salah satu rumah makan di Rimo.

Saat tengah hari itu ia pulang mengendarai sepeda motor. Namun, hingga hari berganti malam Selan tak jua sampai ke rumahnya. Sepeda motor yang dikendarainya bahkan ikut raib entah ke mana.

"Sudah enam hari hilang, pencarian sudah dilakukan ke mana-mana. Termasuk sudah dilapor ke polisi, tapi belum juga ditemukan," kata Sudirman, saudara korban.

Keluarga korban yakin Selan diculik, setelah dihubungi oleh seseorang melalui pesan singkat (sms) yang mengaku sebagai penculik ayah dua anak itu.

Dalam komunikasi via sms, pelaku meminta uang tebusan Rp100 juta, lalu beberapa hari kemudian tarifnya diturunkan jadi Rp20 juta.

"Minta tebusan hari pertama Rabu lalu Rp100 juta, namun pada Jumat mintanya cukup Rp20 juta saja," sebut Sudirman.

Pelaku yang meminta tebusan tersebut hanya berkomunikasi melalui sms. Saat ditelepon, ia tak pernah mau mengangkat telepon. Belakangan, saat menghubungi keluarga korban, pelaku tidak lagi menggunakan nomor yang selama ini biasa digunakan. Ia justru mulai memakai nomor telepon Selan yang ternyata dirinya sendiri.



Pewarta: Khairuman
Uploader : Salahuddin Wahid
COPYRIGHT © ANTARA 2025