Singkil (ANTARA Aceh)  -  Warga di Kecamatan Singkil, Kabupaten Aceh Singkil, mengalami kesulitan memperoleh air isi ulang untuk kebutuhan sehari-hari, karena pedagang belum berjualan, setelah daerah itu baru saja dilanda banjir.

Pantauan di lokasi bekas banjir di Kecamatan Singkil, Minggu, dampak banjir kurang lebih satu minggu juga masih dirasakan warga di 16 kampung di Kecamatan Singkil, karena tidak saja persediaan air bersih isi ulang terbatas, tapi bahan bakar minyak dan harga kebutuhan pokok juga mahal.

Terpantau belasan Depot air bersih galon isi ulang di Ibukota Kabupaten Aceh Singkil mulai langka, sehingga sebuah depot air yang masih menyimpan stok air bersih antri dipenuhi pembeli.

"Air bersih isi ulang sudah hampir habis mas, air bersih yang biasa kami beli Rp600 ribu dari truk tangki air tertahan dan tidak bisa memasuki kawasan Kecamatan Singkil, karena jembatan gorong-gorong lintasan jalan provinsi yang berada di Ketapang Indah dan Gosong Telaga Barat amblas hingga empat meter," kata ibu Kia.

Kendaraan yang diizinkan masuk hanya roda dua dan empat, itupun tanpa membawa barang-barang, sedangkan roda enam dan sepuluh atau sejenis truk tidak diperkenankan melintas,  karena dipastikan dapat merusak jembatan darurat di kawasan itu.

Sedangkan BBM,  seperti bensin juga mulai langka. Kalaupun ada harganya mahal berkisar Rp15 ribu sampai dengan Rp20 ribu/liter, karena sejumlah pedagang eceran mengaku membeli jauh dari pusat kota yakni di SPBU Rimo, Kecamatan Gunung Meriah,  Aceh Singkil karena mobil tangki BBM juga tidak bisa melintas.

Kelangkaan juga menyusul minyak tanah dan elpiji, namun tidak begitu signifikan.

Sementara harga palawija atau rempah-rempah seperti cabai merah, tomat sayur juga menanjak naik.

Terpantau Pasar Lama,  Kampung Pasar, harga cabai merah mencapai Rp120 ribu/Kg,  tomat Rp50 ribu dan ikan laut langka, karena sebagian nelayan menjual ikan air tawar yakni lele sungai, sepat siam, betik dan ikan sungai lainnya.

Diperkirakan ada enam infrastruktur jalan dan jembatan yang rusak, yakni jembatan ujung,  jembatan gorong-gorong Kampong Pasar, Jembatan Pulo Sarok, badan jalan jalan lintas provinsi Ujung Bawang, Jembatan Gosong Telaga Barat, dan jembatan Ketapang Indah, sehingga diperkirakan infrastruktur Pemkab Aceh Singkil kerugiannya mencapai miliaran rupiah.

Jembatan yang sudah diperbaiki sementara ini yaitu,  jembatan Pulo Sarok yang amblas telah ditimbun sertu dan jembatan Ketapang Indah.

Sementara, jembatan darurat yang dibangun warga Ujung Bawang di jalan lintas provinsi tepatnya di kawasan perumahan Rekompak, Aceh Singkil, dipungut biaya bagi kenderaan yang melintas, sehingga jalan raya itu terkesan dibiarkan dikomersilkan warga setempat.

Sejumlah masyarakat yang melintas mengaku kecewa, lantaran tarif sekali melintasi jembatan darurat yang dibuat dari enam batang kayu damli sejenis kayu keras bulat itu mencapai Rp10 ribu  hingga Rp20 ribu untuk sepeda motor dan Rp30 ribu untuk kendaraan roda empat.

"Ya, memang kita bersyukur sudah bisa melewati parit melalui jembatan darurat akibat gerusan air itu, namun janganlah sampai segitu juga harganya, kalau yang gak ada uang jadi gimana pula, tidak bisa melintas," keluh Helmi warga Singkil kepada wartawan.

Saat ini warga sudah membuat jembatan darurat, sepeda motor dan mobil pribadi sudah bisa melintas. Namun truk bermuatan tidak diizinkan melintas, karena dikhawatirkan jembatan kayu tidak mampu menahan beban muatan.



Pewarta: Khairuman
Uploader : Salahuddin Wahid
COPYRIGHT © ANTARA 2025