Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Aceh Utara Erwandi di Lhokseumawe, Senin, mengatakan realisasi tersebut turun sebanyak 20 ribu ton lebih dibandingkan dengan periode yang sama pada 2020.
"Produksi padi Aceh Utara hingga Juli kemarin mencapai 183 ribu ton. Sedangkan target produksi padi pada 2021 sebanyak 218 ribu ton lebih," kata Erwandi.
Erwandi mengatakan produksi padi tersebut didukung 48.471 hektare luas areal sawah. Dari 48.471 hektare, 7.200 hektare di antaranya merupakan sawah tadah hujan.
Menurut Erwandi, turunnya produksi padi tersebut terjadi karena jebolnya bendungan Irigasi Krueng Pase pada akhir tahun lalu yang mengakibatkan banjir melanda wilayah tersebut.
Erwandi mengatakan Bendung Irigasi Krueng Pase mampu mengairi areal persawahan di tiga kecamatan di Aceh Utara. Namun, jebolnya irigasi tersebut ikut memengaruhi turunnya produksi padi tiga kecamatan tersebut.
Pemerintah Kabupaten Aceh Utara, kata Erwandi, telah mengupayakan penanganan setelah jebolnya bendungan irigasi tersebut. Seperti membuat sumur bor.
"Namun, sumur bor tersebut tidak efektif. Kami juga menyosialisasikan agar warga untuk beralih menanam palawija, sebagai pengganti tanaman padi. Ini sedang berlangsung," kata Erwandi.
Erwandi menambahkan bendungan Irigasi Krueng Pase akan direhabilitasi pada 2022. Sedangkan tahun ini, prosesnya masih dalam tahap pembebasan tanah atau lahan.
"Semoga dengan dibangunnya kembali bendungan Irigasi Krueng Pase, maka target produksi padi di Aceh Utara dapat tercapai seperti tahun-tahun sebelumnya," kata Erwandi.
Pewarta: Dedy SyahputraEditor : M.Haris Setiady Agus
COPYRIGHT © ANTARA 2025