...AI tidak dimaksudkan untuk mengganti manusia, tetapi tentu akan meningkatkan efisiensi kerja, mengurangi beban kerja, dan meningkatkan akurasi deteksi dini penyakit

Jakarta (ANTARA) - Kolegium Radiologi Indonesia mengatakan, integrasi akal imitasi (AI) dengan sistem informasi RS dan alat pencitraan seperti USG mampu meningkatkan praktek radiologi yang makin cepat, akurat, dan efisien, serta memenuhi kebutuhan enam pilar transformasi kesehatan nasional.

Ketua Kolegium Radiologi Indonesia Rosy Setiawati mengatakan di Jakarta, Rabu, bahwa semenjak COVID-19, kebutuhan akan pencitraan (imaging) yang berkualitas semakin masif, dan ultrasound menjadi solusi andalan karena dari sisi pembiayaan, keamanan, fleksibilitas penggunaannya sangat familiar untuk pasien, sehingga mudah diterima publik.

Selain itu, kini radiologi bukan sekedar alat bantu diagnosis, katanya, melainkan menjadi pilar utama pelayanan kesehatan modern, khususnya pengembangan alat-alat kesehatan yang sekarang ada.

"USG sebagai alat deteksi dini yang strategis dan serba guna dan sangat mendukung transformasi layanan kesehatan Indonesia untuk meningkatkan deteksi awal penyakit, menekan biaya kesehatan jangka panjang, dan tentu mempercepat intervensi medis yang tepat," kata Rosy.

Pada pilar pertama, yakni transformasi layanan primer, USG menjadi bagian dalam layanan promotif dan preventif, sehingga kini USG digunakan untuk deteksi dini di fasilitas kesehatan dasar seperti puskesmas atau posyandu.

"Kemudian transformasi layanan rujukan, di mana pendayagunaan USG ini dapat menentukan kebutuhan rujukan yang dibutuhkan oleh pasien. Jadi kita sudah mengetahui kira-kira apa yang dibutuhkan oleh pasien untuk bisa mendapatkan fasilitas kesehatan yang sesuai," dia melanjutkan.

Ketiga, katanya, pada transformasi sistem ketahanan kesehatan, penggunaan AI pada USG bisa meningkatkan ketahanan, kesiapsiagaan bencana, penanganan penyakit dan kegawatdaruratan.

Keempat, dalam transformasi sistem pembiayaan kesehatan, USG sebagai alat diagnosis jauh lebih murah dibandingkan alat pencitraan seperti CT-Scan dan MRI, sehingga memberikan harapan yang besar bagi upaya menjaga kesehatan.

"Transformasi SDM Kesehatan, mendorong peningkatan kompetensi tenaga medis, dan sekarang semakin luas penggunaan ultrasound, sehingga tentu kita harus memastikan bahwa siapapun yang mengerjakan ultrasound ini memang dibekali oleh kompetensi yang tinggi sehingga dapat melayani masyarakat secara tepat sasaran," katanya.

Dalam pilar terakhir, yakni transformasi teknologi kesehatan, Rosy menilai bahwa teknologi kesehatan berbasis digital dan portabel, khususnya USG ini, sangat memungkinkan untuk melakukan skrining di manapun. Menurutnya, potensi ini dapat membantu juga dalam pencatatan dalam SATU SEHAT, yakni sistem digital kesehatan nasional, secara real time.

Citra 3 dimensional yang lebih canggih, katanya, bisa memberikan gambaran spasial yang lebih baik, terutama di bidang onkologi, obstetri, maupun kardiologi. Dia mencontohkan, hal itu bisa membantu upaya pencegahan stunting, karena dapat memonitor perkembangan janin serta mengidentifikasi kehamilan yang berisiko tinggi.

Selain itu, dia berharap bahwa USG dapat membantu pencegahan penyakit tidak menular yang diprioritaskan pemerintah, yakni Kanker, Jantung, Stroke, dan Uronefrologi (KJSU).

"Yang ingin saya sampaikan bahwa kolaborasi ultrasound, radiologi dan AI ini bukan sebagai pengganti tetapi sebagai pelengkap. AI tidak dimaksudkan untuk mengganti manusia, tetapi tentu akan meningkatkan efisiensi kerja, mengurangi beban kerja, dan meningkatkan akurasi deteksi dini penyakit," dia menuturkan.

Rosy berharap, peluncuran dua Alat Kesehatan Dalam Negeri (AKD) berupa alat ultrasound yang dilengkapi dengan AI oleh GE Healthcare ini dapat mendukung upaya kemandirian kesehatan nasional.

Baca juga: Kemenkes: USG ber-AI upaya tekan kasus kanker dan kematian ibu-bayi

Baca juga: Dokter: Kombinasi Sadari, USG dan mamografi tingkatkan peluang sembuh

Baca juga: Peluncuran 2 produk AKD dapat percepat 3 program quick win



Pewarta : Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Bernadus Tokan

COPYRIGHT © ANTARA 2025