Jakarta (ANTARA) - Wafatnya Paus Fransiskus pada usia 88 tahun pada 21 April 2025 menandai dimulainya salah satu proses paling sakral dan tertutup dalam Gereja Katolik Roma, yakni Konklaf Kepausan, untuk memilih pemimpin spiritual baru bagi lebih dari 1,3 miliar umat Katolik di seluruh dunia.
Proses pemilihan paus baru dilakukan di Kapel Sistina, Vatikan, dan dipimpin oleh Kolegium Kardinal, yang terdiri atas pejabat tinggi Gereja Katolik. Saat ini, terdapat 252 kardinal di seluruh dunia, namun hanya 138 kardinal yang berusia di bawah 80 tahun yang memiliki hak suara dalam konklaf tersebut.
Masa berkabung dan persiapan konklaf
Sesuai tradisi, pemakaman paus akan diikuti oleh masa berkabung selama sembilan hari atau novemdiales. Setelah itu, dalam jangka waktu dua hingga tiga minggu, para kardinal dari berbagai negara akan berkumpul di Vatikan untuk memulai konklaf.
Baca juga: Profil Luis Antonio Tagle, calon penerus Paus Fransiskus asal Filipina
Selama proses konklaf berlangsung, para kardinal dikarantina sepenuhnya dari dunia luar. Mereka tinggal di wisma Domus Sanctae Marthae, tidak diperkenankan menggunakan ponsel, mengakses surat kabar, televisi, atau alat komunikasi lain. Kapel Sistina pun disterilkan dari kemungkinan perangkat penyadap untuk menjaga kerahasiaan penuh proses pemilihan.
Proses pemungutan suara
Konklaf dimulai dengan misa khusus, diikuti oleh sesi-sesi pemungutan suara yang berlangsung dua kali sehari—pagi dan sore. Dalam satu hari, maksimal terdapat empat putaran pemungutan suara.
Setiap kardinal memberikan suaranya secara rahasia. Sebelum menjatuhkan surat suara ke dalam wadah yang telah disiapkan, mereka mengucapkan doa di depan lukisan Penghakiman Terakhir karya Michelangelo. Untuk dapat terpilih, seorang kandidat harus memperoleh suara dua pertiga dari jumlah pemilih.
Setiap surat suara kemudian dihitung dan dicatat oleh para kardinal yang ditunjuk. Setelah satu putaran selesai, seluruh surat suara dibakar dalam tungku khusus. Warna asap yang keluar menjadi satu-satunya tanda bagi dunia luar: asap hitam berarti belum ada hasil, sedangkan asap putih menandakan seorang paus baru telah dipilih.
Baca juga: Sosok Peter Erdo, salah satu calon Paus pengganti asal Hungaria
Pengumuman Paus baru
Setelah seorang kandidat menerima suara mayoritas dan menyatakan kesediaannya untuk menjabat, ia akan memilih nama kepausannya. Paus terpilih kemudian dibawa ke Room of Tears untuk mengenakan pakaian kepausan berupa jubah putih, kopiah putih, dan sepatu merah. Pakaian tersebut telah dipersiapkan dalam tiga ukuran oleh penjahit Vatikan.
Selanjutnya, dekan Kolegium Kardinal akan tampil di balkon utama Basilika Santo Petrus dan menyampaikan pengumuman yang telah dinanti-nantikan: “Annuntio vobis gaudium magnum: Habemus papam”, yang berarti “Saya mengumumkan kepada Anda dengan sukacita besar: Kita memiliki paus.”
Tradisi pemilihan paus ini telah berlangsung selama berabad-abad dan menjadi simbol penting kontinuitas dalam Gereja Katolik Roma.
Catatan sejarah
Konklaf terlama dalam sejarah modern terjadi pada tahun 1922, yang berlangsung selama lima hari. Meskipun setiap proses pemilihan memiliki dinamika tersendiri, semangat doa, refleksi, dan persatuan tetap menjadi fondasi utama dalam memilih pemimpin baru Gereja Katolik.
Melalui proses yang kini kembali dimulai, dunia kembali menanti kehadiran pemimpin rohani baru yang akan membawa arah bagi Gereja Katolik Roma di masa mendatang.
Baca juga: Komunitas Sant'Egidio: Paus tak pernah putus asa sampaikan pesan damai
Baca juga: Profil Peter Turkson, calon pengganti Paus Fransiskus asal Ghana
Pewarta : Raihan Fadilah
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2025