Banda Aceh (ANTARA) - Guru Besar UIN Sultan Syarif Kasim Riau, Prof Dr Helmiati menyatakan Islam Asia Tenggara perlu dilihat sebagai pusat yang melahirkan pengetahuan, bukan sekadar penerima pengaruh dari Timur Tengah.

"Islam di kawasan ini adalah varian otentik yang berkembang melalui interaksi dengan sejarah, budaya, dan masyarakat setempat. Jadi sama sahihnya dengan tradisi Islam di kawasan lain,” kata Helmiati di Darussalam, Banda Aceh, Jumat.

Pernyataan itu disampaikan di sela-sela Webinar Seri 9 Kajian Studi Islam yang digelar Program Doktor Studi Islam Pascasarjana UIN Ar-Raniry, Banda Aceh.

Ia menjelaskan ada enam perspektif baru yang dapat diterapkan yakni membebaskan diri dari paradigma Middle East-centric dan menekankan pendekatan interdisipliner, tidak hanya teologi dan fikih, tetapi juga antropologi, sosiologi, politik, hingga gender.

Kemudian menempatkan Asia Tenggara dalam jejaring transnasional Islam, mengangkat sarjana lokal sebagai produsen pengetahuan, mengakui keunikan tradisi lokal sebagai bagian dari Islam global dan menegaskan Asia Tenggara sebagai penghasil pengetahuan yang memperkaya diskursus Islam dunia.

Baca: Guru Besar: Pesantren tinggi jaga peradaban Islam

Helmiati menambahkan, praktik keagamaan lokal yang kerap dianggap kurang murni justru mencerminkan kreativitas masyarakat Asia Tenggara. 

“Kontribusi kawasan ini nyata, terutama dalam hal demokrasi, moderasi, dan resolusi konflik,” katanya.

Ketua Prodi Doktor Studi Islam UIN Ar-Raniry, Prof Dr Syamsul Rijal mengatakan penting dilakukan ulang studi Islam Asia Tenggara dengan perspektif baru. 

Ia menyebut pertemuan antara Islam global dan lokal sejak awal telah membentuk corak keagamaan yang khas di kawasan Melayu dan bekas India Belanda.

Karena itu diperlukan pendekatan baru untuk memahami Islam Asia Tenggara, sehingga mampu menghasilkan konsep "Islam Berkemajuan" sebagai representasi dari upaya sinkretisme dengan budaya lokal dan dapat memberikan narasi alternatif yang damai dan inklusif, berbeda dari interpretasi manapun sebelumnya. 

Baca: Rektor: Waqaf pendidikan Islam jadi Kado 80 Tahun RI



Pewarta: M Ifdhal
Editor : M.Haris Setiady Agus
COPYRIGHT © ANTARA 2025