Banda Aceh (ANTARA) - Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Aceh mendorong media untuk membangun narasi positif dalam pemberitaan pengungsi Rohingya.

Koordinator KontraS Aceh Azharul Husna, di Banda Aceh, Sabtu, menyampaikan bahwa narasi negatif yang beredar luas dari pemberitaan media di tengah masyarakat belakangan ini telah memengaruhi cara pandang terhadap para pengungsi.

“Perspektif masyarakat Aceh terhadap pengungsi tidak bisa dilepaskan dari operasi narasi yang salah dan menyesatkan. Istilah seperti ‘pendatang gelap’ atau ‘imigran ilegal’ merupakan bentuk upaya mendiskreditkan kelompok yang sejatinya merupakan korban krisis kemanusiaan,” katanya.

Dia menyebutkan bahwa berdasarkan data terakhir, terdapat sekitar 500 pengungsi Rohingya yang kini mengungsi di Aceh, tersebar di Kabupaten Pidie, Lhokseumawe, dan Aceh Timur. Namun, sambutan masyarakat terhadap para pengungsi dari yang sebelumnya cenderung terbuka kini mulai berubah menjadi penolakan.

Menurut Husna, perubahan sikap masyarakat Aceh tersebut dipengaruhi akibat adanya stigma yang muncul dari pemberitaan dengan narasi yang negatif.

Baca: Anak imigran etnis Rohingya di Aceh meriahkan hari pengungsi sedunia

“Yang sering terlupakan adalah bahwa masyarakat Aceh merupakan masyarakat pascakonflik, yang traumanya belum benar-benar dipulihkan. Dalam kondisi seperti itu, narasi yang menakutkan meningkatnya sentimen negatif,” katanya.

Karena itu, Husna menggarisbawahi pentingnya peran penting media dan pegiat hak asasi manusia dalam membangun narasi publik yang adil dan berimbang.

“Kita semua memiliki tanggung jawab untuk menyampaikan informasi yang benar. Dari penyebutan nama saja, martabat bisa terbentuk. Ketika berita negatif terus menerus dikonsumsi, bantuan kemanusiaan pun bisa disalahartikan sebagai ancaman,” katanya. 

Dalam momentum peringatan Hari Pengungsi Sedunia, dia juga mengajak masyarakat Aceh untuk menumbuhkan kembali kesadaran akan pentingnya perdamaian dan perlindungan hak asasi manusia. 

Dia menekankan bahwa persoalan pengungsi merupakan isu regional dan global yang tidak bisa diselesaikan hanya di tingkat lokal.

“Pengungsi tidak akan berhenti datang selama konflik dan pelanggaran HAM masih berlangsung. Solusi utama adalah perdamaian. Aceh pernah mengalami masa kelam itu dan kita tahu rasanya. Maka kedatangan pengungsi hari ini adalah juga pengingat atas sejarah kita sendiri. Tidak ada satu pun manusia yang memilih menjadi pengungsi,” katanya.

Baca: Satu keluarga pengungsi Rohingya dapat kewarganegaraan Kanada



Pewarta: Nurul Hasanah/Zulfa Dillah
Editor : M.Haris Setiady Agus
COPYRIGHT © ANTARA 2025