Jakarta (ANTARA) - Juru Bicara Kantor Komunikasi Presiden (PCO) Philips Vermonte memandang dinamika global usai Donald Trump menjadi Presiden Amerika Serikat serta permasalahan antara anggota-anggota Uni Eropa menunjukkan semakin relevannya garis diplomasi bebas-aktif RI.

“Inilah masa di mana politik luar negeri bebas-aktif kita jadi semakin relevan, karena pada dasarnya kita tak lagi perlu bergantung pada negara-negara adikuasa,” kata Philips dalam sesi diskusi bersama Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) di Jakarta, Kamis. (6/2)

Meski Indonesia kini semakin leluasa menjalankan politik luar negeri bebas-aktifnya, Jubir PCO memandang bahwa hal tersebut bukan berarti Indonesia mengambil sikap antagonis terhadap AS.

Baca juga: Prabowo: Indonesia buka babak baru tingkatkan kerja sama dengan India

Keikutsertaan RI ke BRICS tak dapat dipandang bahwa Indonesia kini mengambil posisi “anti-Barat” karena Indonesia tak pernah menjadi negara yang “anti-Barat” selama ini, ucap dia.

Ia pun menegaskan supaya keikutsertaan RI ke BRICS maupun OECD tak perlu dipertentangkan karena kedua organisasi tersebut pada dasarnya sudah berbeda.

Selain itu, Philips memandang bahwa AS tetap merupakan negara adikuasa dengan militer terkuat dan memiliki sektor swasta yang aktif di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Ia pun tak sepakat apabila AS saat ini dipandang mengalami kemunduran.

“Justru yang terjadi adalah negara-negara lain semakin mengejar (negara adidaya),” kata dia.

Indonesia pun saat ini semakin memiliki insentif untuk menjalin kerja sama dengan negara-negara berkembang hingga “tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya,” ucap Philips.

Baca juga: Pengamat: Israel dapat dukungan lebih besar karena Trump menang

Jubir PCO kemudian menyoroti sejumlah agenda internasional yang dihadiri Presiden Prabowo Subianto beberapa waktu lalu, yaitu KTT G20 di Rio de Janeiro, Brasil, dan KTT APEC di Lima, Peru.

Menurut dia, Brasil dan Peru yang mengambil peran sebagai tuan rumah agenda internasional sebesar itu menunjukkan semakin tajamnya taji negara-negara berkembang dalam menetapkan agenda global.

“Kami berharap negara-negara maju tak memandangnya sebagai upaya (negara-negara berkembang) menantang (dominasi), namun lebih bahwa negara-negara berkembang kini sudah semakin mengejar (negara-negara maju) demi mencapai kemakmuran bersama,” kata Jubir PCO.



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Istana: Diplomasi bebas-aktif RI semakin relevan di era Trump

Pewarta: Nabil Ihsan
Editor : Febrianto Budi Anggoro
COPYRIGHT © ANTARA 2025