Aceh Barat (ANTARA) - Kapolda Aceh Irjen Pol Marzuki Ali Basyah mengatakan pihaknya mengerahkan sebanyak 40 persen personel, dalam rangka melakukan mitigasi dan menghadapi potensi bencana alam yang sewaktu-waktu dapat terjadi di Aceh.

“Kita siap mengerahkan 40 persen personel, kita harapkan stakeholder (pemangku kebijakan) lain juga sama (mengerahkan) 40 persen personel,” kata Marzuki Ali Basyah seusai memimpin apel siaga bencana di halaman Mapolres Aceh Barat di Meulaboh, Rabu.

Marzuki Ali Basyah mengatakan dalam rangka mengantisipasi bencana, dia meminta seluruh jajaran siaga menghadapi bencana alam dipenghujung tahun 2025. 

"Kita setiap tahun menghadapi cuaca ekstrem, La Nina, El Nino, bencana alam. Jadi pemerintah, kita Polri melakukan percepatan persiapan menghadapi bencana tersebut," ujarnya.

 

Sebagai upaya memastikan kesiapan personel, pihaknya juga memastikan kesiapan pasukan, peralatan, pelatihan serta kesiapan pemangku kebijakan terkait di daerah. Hal ini penting agar semua tim tidak melakukan persiapan secara mendadak, apalagi saat terjadi bencana.

"Kita memang tidak bisa bekerja sendiri-sendiri. Kita ajak semua stakeholder, BPBD. Untuk kesiapan personel Polri seluruh Aceh diturunkan 40 persen dan yang penting itu kita membuka posko  persiapan," tegasnya. 

Marzuki Ali mengatakan potensi bencana yang sangat perlu diwaspadai saat ini adalah ancaman banjir. Untuk wilayah hukum Polres Aceh Barat sendiri saja itu terdapat 23 titik lokasi rawan bencana alam.

Daerah tersebut telah masuk dalam pemetaan dan dipantau secara rutin. Hal ini menjadi bagian penting sebagai upaya mitigasi bencana dan memastikan kesiapsiagaan seluruh jajaran dan stakeholder terkait di 23 kabupaten/ kota di Provinsi Aceh.

"Bencana yang paling berpotensi saat inikan musim penghujan, kebakaran hutan berkurang, terus hujan ini biasanya banjir dan longsor. Apel hari ini adalah sebagai kesiapan seluruh personel dan stakeholder terkait," kata Irjen Pol Marzuki Ali Basyah.

Kapolda Aceh Irjen Pol Marzuki Ali Basyah didampingi Kapolres Aceh Barat AKBP Yhogi Hadisetiawan dan Forkompimda Aceh Barat, melakukan pengecekan kesiapan alat penanganan bencana saat memimpin Apel Siaga Bencana 2025 di halaman Mapolres Aceh Barat di Meulaboh, Rabu (5/11/2025). (ANTARA/Teuku Dedi Iskandar)

Ia juga meminta jajaran kepolisian di Aceh untuk melakukan deteksi dini dan pemetaan wilayah
rawan bencana secara berkelanjutan, melalui
kolaborasi dengan BMKG serta berbagai pihak
terkait lainnya di wilayah masing-masing.

Kemudian memberikan informasi dan imbauan kamtibmas terkait potensi ancaman bencana, memastikan kesiapan personel, sarana dan
prasarana, termasuk peralatan evakuasi,
kendaraan operasional, serta ketersediaan bantuan logistik pendukung, sehingga dapat segera digerakkan kapan pun dibutuhkan.

Melakukan simulasi kegiatan tanggap darurat bencana secara rutin sebagai sarana edukasi dan pelatihan kesiapsiagaan, dan mengedepankan kecepatan dan ketepatan respons dalam tanggap darurat bencana.

Hal ini di mulai dari evakuasi, penyaluran bantuan, pemberian trauma healing, hingga percepatan pemulihan dan rehabilitasi infrastruktur maupun kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang terdampak, melalui kerja sama lintas sektoral.

Melaksanakan tugas kemanusiaan dengan penuh
empati, humanis, dan profesional, sehingga tidak
hanya menghadirkan rasa aman, tetapi juga
kenyamanan bagi masyarakat.

Memastikan seluruh kegiatan penanggulangan
bencana dilaksanakan sesuai prosedur, baik
sebelum, saat, maupun setelah terjadinya bencana dengan terus melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan guna meningkatkan resiliensi bencana.

Meningkatkan koordinasi dan sinergisitas dengan
seluruh stakeholder terkait, baik TNI, BNPB, 
Basarnas, PMI, BMKG, pemerintah daerah, relawan dan masyarakat, serta berbagai pihak lainnya guna memastikan pelaksanaan penanggulangan bencana berjalan terpadu dan tepat sasaran.

Seperti diketahui, berdasarkan data BMKG, saat ini 43,8 persen wilayah Indonesia telah memasuki musim hujan, dimana puncaknya diperkirakan akan terjadi secara bertahap dari bulan November 2025 hingga Januari 2026.

Meningkatnya curah hujan tersebut berpotensi mengakibatkan bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, angin puting beliung, hingga gelombang tinggi, khususnya pada beberapa wilayah seperti Aceh, dan daerah lainnya di Indonesia.

Selain itu, BMKG juga mendeteksi bahwa bulan November 2025 akan mulai terjadi fenomena La Nina, yang diperkirakan berlangsung hingga Februari 2026.

Meskipun La Nina diprediksi dalam kategori lemah, namun tetap harus diwaspadai, karena juga akan berpengaruh terhadap meningkatnya kerawanan bencana, yang berpotensi mengalami peningkatan intensitas hujan di atas normal.

 



Pewarta: Teuku Dedi Iskandar
Editor : Febrianto Budi Anggoro
COPYRIGHT © ANTARA 2025