Banda Aceh (ANTARA) - Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Aceh Wiratmadinata menyatakan perdamaian Aceh hingga 20 tahun ini masih terjaga karena baiknya kesadaran nasionalisme masyarakat Aceh khususnya kalangan pemuda dan mahasiswa.

"Saya yakin, selama kita damai dan Aceh masih menjadi bagian dari Indonesia, berarti kesadaran pemuda Aceh tentang nasionalisme itu baik," kata Wiratmadinata di Banda Aceh, Rabu.

Pernyataan itu disampaikan Wiratmadinata saat diwawancarai di sela-sela kegiatan Ngopi Aceh Damai dengan tajuk "Memperkokoh Nasionalisme di Kalangan Pemuda dan Mahasiswa", yang diselenggarakan Badan Kesbangpol Aceh.

Ia meyakini, sejak sejarah 1945 bahkan sebelum Indonesia merdeka, kesadaran orang Aceh dalam berbangsa dan bernegara sebenarnya sudah sangat tinggi. Buktinya, hingga hari ini Aceh masih menjadi bagian dari Indonesia.

"Tidak ada permasalahan dengan itu (menjadi bagian dari Indonesia), karena semua menyadari bahwa kita warga negara Indonesia. Karena kesadaran itu lah, perdamaian bisa terjaga selama 20 tahun," ujarnya.

Di sisi lain, Wiratmadinata menjelaskan, sebagai pencerahan kepada masyarakat khususnya pemuda, bahwa mereka harus memiliki kesadaran penuh mengenai jati diri sebagai orang Aceh, dan warga negara Republik Indonesia.

Baca: FKPT: Waspadai terorisme di lingkungan pemerintahan di Aceh

Ia mengatakan menjadi bagian dari Indonesia adalah pilihan sadar sebagai warga negara karena memang hidup di sini. Kemudian, perlu membangun kesadaran itu dengan berbasis pada konstitusionalisme.

"Kita dilahirkan tanpa bisa memilih. Terlahir sebagai orang Cina, Barat, Arab, Aceh, Jawa, atau Sunda adalah kodrat yang tak bisa diubah oleh siapapun. Maka, jadilah orang Aceh dan warga negara Indonesia yang sejati," katanya.

Ia menegaskan Aceh adalah bagian dari negara Indonesia. Karena itu, bangunlah konstruksi kebangsaan dengan logis, sadar, dan yakin.

Dengan begitu, semuanya akan yakin dengan apa yang dikerjakan. Karena ketika membangun Aceh, menjaga jati diri, maka itu semua dalam konteks membangun nasionalisme sebagai sebuah bangsa. Menjadi Indonesia tidak perlu berpikir muluk-muluk.

"Bangunlah dirimu sebagai orang Aceh, orang Jawa, orang barat. Bangun daerahmu. Jika kamu sukses membangun daerahmu, berarti kamu juga sukses membangun Indonesia. Tidak perlu ada pertentangan, karena tidak ada yang perlu dipertentangkan," tegas Wiratmadinata. 

Akan tetapi di sisi lain, lanjut dia, tentu ada dinamika naik dan turun yang terjadi. Kalau dalam teori itu disebutkan sebagai pergulatan antara etnosentrisme atau etnonasionalisme dengan nasionalisme negara dan bangsa.

"Namun, itu hal biasa, terkadang ketika kita kecewa pada pemerintah, mungkin perasaan nasionalisme kita menurun, tapi itu hanya sementara saja," demikian Wiratmadinata.

Baca: FKPT: Media sosial ikut pengaruhi orang menjadi radikal



Pewarta: Rahmat Fajri
Editor : M.Haris Setiady Agus
COPYRIGHT © ANTARA 2025