Banda Aceh (ANTARA) - Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Aceh Besar, Saifuddin menyatakan sebanyak lima santri dan santriwati dari kabupaten setempat lolos sebagai wakil Aceh dalam ajang Musabaqah Qira’atil Kutub (MQK) Nasional 2025.

“Kami sangat bersyukur dan bangga atas prestasi ini. Ini adalah bukti nyata bahwa pesantren di Aceh Besar tidak hanya konsisten dalam melestarikan tradisi keilmuan Islam, tetapi juga mampu menyiapkan santri yang siap bersaing di nasional,” kata Saifuddin, di Aceh Besar, Kamis.

Kelima peserta tersebut terpilih dari berbagai pondok pesantren unggulan di Aceh Besar, mereka mewakili Aceh dalam ajang keilmuan kitab kuning yang digelar secara nasional oleh Kemenag RI pada Oktober 2025 di Sulawesi Selatan.

Menurutnya, keberhasilan ini bukan hanya prestasi individu para santri, tetapi menjadi cerminan keberhasilan pesantren dalam membina dan mencetak generasi Islam yang berilmu dan berakhlak.

Adapun kelima peserta MQK Nasional dari Aceh Besar yang akan mewakili Aceh terdiri dari tiga majlis yaitu Ashabul Aziz dari Pondok Pesantren Darul Ihsan Aceh Besar untuk Marhalah Wustha Majlis Tafsir, Maryam Thahara Meutuah dari Dayah Insan Qurani Aceh Besar untuk Marhalah Wustha Majlis Tafsir.

Kemudian, Hafish Atha Ramadhan dan Nadien Indah Assyura dari Dayah Ruhul Islam Anak Bangsa Aceh Besar untuk Marhalah Wustha Majlis Hadist, dan Ahmad Anis Zuhairi dari Pondok Pesantren Darul Ihsan Aceh Besar untuk Marhalah Wustha Majlis Akhlaq.

Baca: 16 santri IQ Aceh Besar khatam hafalan 30 juz Al Quran dalam Ramadhan camp

Kelima peserta tersebut dinyatakan lolos berdasarkan hasil seleksi Computer-Based Test (CBT) MQKN 2025 yang digelar secara serentak oleh Kementerian Agama beberapa waktu lalu.

“Kelima santri ini merupakan duta terbaik kita. Mereka telah melalui seleksi ketat di tingkat provinsi. Kita berdoa kepada Allah SWT agar diberi kemudahan bagi santri-santri dari Aceh Besar sehingga dapat mengharumkan nama Aceh di nasional nantinya," ujarnya.

Saifuddin menyampaikan, MQK ini sebagai salah satu penguatan literasi keagamaan berbasis kitab kuning di tengah tantangan era digital. MQK bukan sekedar lomba baca kitab, melainkan ruang strategis untuk melestarikan khazanah keilmuan Islam klasik yang menjadi akar peradaban Islam Nusantara. 

“Melalui MQK, santri dilatih untuk berpikir kritis, memahami dalil, menafsirkan teks, dan menyampaikan pendapat secara argumentatif, semua berbasis kitab karya para ulama terdahulu,” katanya.

Kemenag Aceh Besar juga terus mendorong agar tradisi baca kitab kuning tidak hanya terpelihara, tapi juga semakin berkembang secara kontekstual dan ilmiah. 

Semoga, prestasi ini menjadi motivasi bagi seluruh pesantren di Aceh Besar untuk terus menguatkan tradisi ilmiah dan memperluas cakrawala santri. 

"Kita ingin pesantren tidak hanya menjadi penjaga moral dan akhlak bangsa, tapi juga sebagai pusat keilmuan dan peradaban Islam yang membumi dan moderat,” demikian Saifuddin.

Baca: Ulama Qiraat Mesir ajarkan pemahaman Al Quran kepada santri IQ Aceh Besar



Pewarta: Rahmat Fajri
Editor : M.Haris Setiady Agus
COPYRIGHT © ANTARA 2025