Jakarta (ANTARA) - Demensia, atau yang sering disebut sebagai pikun, adalah kondisi penurunan fungsi otak secara progesif yang mempengaruhi daya ingat, kemampuan berpikir, bahasa, dan perilaku seseorang. Kondisi ini umumnya terjadi pada lansia, namun dapat juga dialami oleh individu yang lebih muda.

Lantas, apa itu demensia atau pikun? Apa penyebabnya dan bagaimana cara mengobatinya? Simak penjelasannya berikut ini merangkum dari berbagai sumber:

Baca juga: Waspadai jenis minuman yang berpeluang tingkatkan risiko demensia

Apa itu pikun (demensia)

Demensia merupakan sindrom yang ditandai dengan penurunan fungsi otak secara progresif, yang mengganggu aktivitas sehari-hari penderitanya. Kondisi ini dapat mempengaruhi daya ingat, kemampuan berpikir, orientasi, pemahaman, dan penilaian.

Penyakit ini bukan bagian normal dari proses penuaan, meskipun risikonya meningkat seiring bertambahnya usia. Oleh karena itu, penting untuk mengenali gejalanya sejak dini agar penanganan dapat dilakukan dengan tepat.

Penyebab demensia

Demensia disebabkan oleh kerusakan sel-sel otak yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk berkomunikasi satu sama lain. Beberapa penyebab umum meliputi:

- Penyakit Alzheimer: penyebab paling umum dari demensia.

- Demensia vaskular: akibat gangguan aliran darah ke otak.

- Cedera kepala berat atau berulang.

- Penyakit Parkinson dan kondisi neurodegeneratif lainnya.

- Infeksi atau tumor otak.

Beberapa kondisi lain, seperti kekurangan vitamin B12, gangguan tiroid, atau efek samping obat tertentu, juga dapat menyebabkan gejala yang menyerupai demensia.

Gejala demensia

Gejala demensia bervariasi tergantung pada penyebab dan area otak yang terpengaruh, namun secara umum meliputi:

- Gangguan daya ingat jangka pendek.

- Kesulitan dalam berbicara atau menemukan kata yang tepat.

- Disorientasi waktu dan tempat.

- Perubahan suasana hati atau perilaku.

- Kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Baca juga: Penurunan berat badan dapat terjadi pada fase awal demensia

Pengobatan dan penanganan

Hingga saat ini, belum ada obat yang dapat menyembuhkan demensia sepenuhnya. Namun, beberapa pendekatan dapat membantu mengelola gejala dan memperlambat progresi penyakit:

1. Pengobatan medis

Obat-obatan seperti donepezil atau memantine dapat membantu meningkatkan fungsi kognitif pada beberapa jenis demensia.

2. Terapi nonfarmakologis

Terapi okupasi, stimulasi kognitif, dan dukungan psikososial dapat meningkatkan kualitas hidup penderita.

3. Perubahan gaya hidup

Menjaga pola makan sehat, rutin berolahraga, dan tetap aktif secara sosial dapat membantu mempertahankan fungsi otak.

Baca juga: Studi sebut vaksin herpes zoster turunkan risiko demensia

Cara pencegahan

Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko demensia meliputi:

- Mengontrol tekanan darah dan kadar kolesterol.

- Menghindari merokok dan konsumsi alkohol berlebihan.

- Menjaga berat badan ideal dan rutin berolahraga.

- Melibatkan diri dalam aktivitas yang merangsang mental, seperti membaca atau bermain puzzle.

Mengenali gejala demensia sejak dini sangat penting untuk mencegah perkembangan kondisi yang lebih parah. Deteksi awal memungkinkan penderita dan keluarga memahami perubahan yang terjadi dan mengambil langkah yang tepat.

Berkonsultasi dengan tenaga medis juga menjadi kunci dalam penanganan yang lebih efektif. Dengan bantuan profesional, pengobatan dan perawatan dapat disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu.

Baca juga: Studi ungkap harapan hidup seseorang dengan demensia

Baca juga: Cara mencegah demensia berdasarkan studi



Pewarta : M. Hilal Eka Saputra Harahap
Editor: Suryanto

COPYRIGHT © ANTARA 2025