Banda Aceh (ANTARA) - Tenaga Ahli Bawaslu RI, Apriyanti Marwah menyatakan bahwa buku Srikandi Mengawasi Pemilu yang telah dituliskan sebagai upaya untuk memperkuat posisi dan eksistensi perempuan dalam mengawal pesta demokrasi.
"Tujuannya kita (menulis buku Srikandi Mengawasi), mau memperkuat posisi perempuan, para srikandi pengawas Pemilu," kata Apriyanti Marwah, di Banda Aceh, Rabu.
Pernyataan itu disampaikan Apriyanti Marwah dalam kegiatan bedah buku Srikandi Mengawasi Pemilu (kisah perempuan pengawas Pemilu dalam mengawasi Pemilu 2024), di Banda Aceh.
Dirinya menyampaikan, buku tersebut menceritakan bagaimana representasi perempuan di jajaran Panwaslih. Kemudian, penguatan eksistensi yang cara kerja mereka, serta tantangan perempuan pengawas Pemilu selama ini yang belum diketahui sepenuhnya.
"Maka, eksistensi itu perlu dituliskan, sehingga masyarakat tahu apa yang dilakukan para perempuan pengawas Pemilu," ujarnya.
Ia menuturkan, para perempuan pengawas Pemilu ini sering dipertanyakan dan mendapatkan tantangan seperti sentimen negatif kepada mereka. Salah satunya, pertanyaan terkait kenapa perempuan harus menjadi bagian dari pengawas Pemilu.
Baca: Pengawasan Pilkada Aceh perlu pelibatan masyarakat sipil agar optimal
Buku ini, kata dia, juga salah satu upaya Bawaslu untuk menjadi bagian dari proses demokrasi yang inklusi. Untuk itu, supaya pengetahuan, pengalaman para perempuan diakui dan divalidasi, maka harus dituliskan, serta didiskusikan.
"Sehingga, masyarakat tahu apa yang sudah dilakukan Bawaslu melalui kerja-kerja yang telah dilakukan perempuan pengawas Pemilu," katanya.
Apriyanti menambahkan, buku Srikandi Mengawasi ini juga menuliskan kisah bagaimana tentangan mereka dalam proses meyakinkan dan menjangkau kelompok disabilitas yang selama ini terpinggirkan. Kemudian, meyakinkan mereka untuk terlibat menjadi pemilih, pemantau serta lainnya.
Lalu, juga ada tentang tantangan gender. Di mana, mereka kerap mendapatkan pertanyaan pergulatan batin. Seperti, kenapa harus bekerja di isu pemilu, atau menjadi komisioner Bawaslu, sementara disisi lain ada tuntutan rumah bagaimana anak dan suami serta berbagai hal lainnya.
"Harapannya ke depan, orang menjadi lebih empati, respect, bahwa setiap orang punya hambatan, dan tantangannya, tapi ada upaya besar sehingga mereka harus tetap bekerja," demikian Apriyanti Marwah.
Baca: Elemen sipil di Aceh deklarasikan pemilu bersih tanpa intimidasi
Pewarta: Rahmat FajriEditor : M.Haris Setiady Agus
COPYRIGHT © ANTARA 2025