Jakarta (ANTARA) - Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Abdul Muhari menjelaskan fenomena "tornado api" atau dust devil yang muncul di  kebakaran Gunung Bromo, Jawa Timur. Disebutkan hal itu tidak mempengaruhi eskalasi daerah terdampak kebakaran.

"Dust devil sifatnya sangat lokal dan dalam waktu singkat, tidak terlalu berpengaruh dalam eskalasi daerah terdampak kebakaran," ujar Abdul dikonfirmasi ANTARA di Jakarta, Senin.

Abdul menegaskan bahwa fenomena tersebut dapat dilokalisasi dengan cepat saat pemadaman api berlangsung.

Baca juga: Enam penerbangan ditunda akibat kabut asap di Bandara Syamsudin Noor Kalsel

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofiska (BMKG) Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda, dalam media sosial resminya @infobmkgjuanda mengutip keterangan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) menjelaskan dust devil adalah pusaran udara kecil, namun kuat, yang terjadi pada saat udara kering yang sangat panas dan tidak stabil di permukaan tanah naik dengan cepat melalui udara yang lebih dingin di atasnya.

Peristiwa tersebut membentuk aliran udara ke atas berupa pusaran dan membawa debu serpihan atau puing-puing.

 

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor : Febrianto Budi Anggoro
COPYRIGHT © ANTARA 2025