Banda Aceh (ANTARA) - Pengungsi korban banjir di dua desa yang terdampak bencana banjir bah meluapnya Krueng (sungai) Meureudu di Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh, membutuhkan tenda.
Informasi yang dihimpun di Pidie Jaya, Jumat, pengungsi di dua desa yang terdampak bencana yakni Gampong Geunteng dan Gampong Seunong, Kecamatan Meurah Dua. Kedua desa tersebut berada di daerah aliran sungai Krueng Meureudu.
Keuchik (kepala desa) Gampong Geunteng Usman mengatakan korban banjir dari desa tersebut mengungsi di meunasah setempat. Sebagian pengungsi terpaksa tidur di tempat terbuka yang hanya terbuat dari terpal seadanya.
"Pengungsi di tempat kami membutuhkan tenda. Kalau malam, pengungsi laki-laki terpaksa tidur di tempat terbuka terbuat dari terpal. Sedangkan yang wanita, di dalam meunasah, tetapi kondisi tanpa dinding," katanya.
Baca juga: Korban bencana banjir Pidie Jaya butuh alat berat untuk bersihkan lumpur
Usman menyebutkan jumlah pengungsi di Gampong Geunteng mencapai 800 jiwa dari lebih 600 keluarga. Hingga hari ke-10 pascabencana, mereka masih bertahan di pengungsian.
"Warga yang mengungsi belum bisa pulang karena rumah mereka masih tertimbun lumpur hingga sepinggang orang desa. Sebagian warga sudah mulai membersihkan lumpur di rumah mereka," kata Usman.
Selain tenda, kata dia, korban banjir di Gampong Geunteng membutuh air bersih beserta wadah untuk kebutuhan mandi cuci dan kakus. Serta kebutuhan pangan dan logistik lainnya maupun obat-obatan.
"Kebutuhan obat-obatan karena sebagian pengungsi mulai sakit seperti batuk, gatal-gatal, dan lainnya. Tim kesehatan ada datang ke pengungsian, tetapi tidak meninggalkan obat," kata Usman.
Hal senada juga disampaikan Keuchik Gampong Seunong Saiful. Ia mengatakan pengungsi banjir di desa yang dipimpin juga membutuhkan tenda pengungsian, kebutuhan pokok, obat-obatan, maupun logistik lainnya.
"Di desa kami ada 200-an keluarga yang mengungsi. Mereka tidur di tempat terbuka karena tidak ada tenda. Kami berharap ada bantuan tenda untuk pengungsi," kata Saiful menyebutkan.
Sedangkan kebutuhan lainnya, kata dia, sama dengan titik-titik pengungsian secara umum seperti kebutuhan pangan dan obat-obatan. Untuk obat-obatan menjadi kebutuhan mendesak karena pengungsi sebagian mulai sakit-sakitan.
"Bencana banjir di Gampong Seunong menyebabkan 12 rumah, dua surau, dan satu polindes serta satu sekolah hanyut diseret banjir. Untuk korban jiwa, tidak ada karena cepat menyelamatkan diri," kata Saiful.
Baca juga: Kanwil Ditjen Imigrasi Aceh salurkan bantuan untuk korban banjir
Pewarta: M.Haris Setiady AgusEditor : Febrianto Budi Anggoro
COPYRIGHT © ANTARA 2025