Banda Aceh (ANTARA) - Pemerintah Aceh meminta Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dapat menangani serius terkait mahalnya harga tiket pesawat di bandara Rembele Kabupaten Bener Meriah di tengah musibah bencana banjir dan longsor yang menimpa tanah rencong.
"Semoga ada tindakan serius dari Kemenhub," kata Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Aceh, Teuku Faisal saat dimintai tanggapannya, di Banda Aceh, Rabu.
Sebelumnya, viral sebuah informasi dari salah seorang penumpang terkait tingginya harga tiket pesawat Susi Air dan Wings Air untuk rute bandara Rembele Bener Meriah menuju Kualanamu Sumatera Utara, serta dari Rembele ke bandara SIM Aceh Besar.
Disampaikan, untuk pesawat Wings Air dari Rembele ke Kualanamu mencapai Rp3,5 juta per orang. Kemudian, untuk pesawat Susi Air yang menggunakan sistem carter harganya mencapai Rp8 juta dari Rembele ke bandara SIM di Aceh Besar.
Terkait informasi tersebut, kata T Faisal, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Ditjen Perhubungan Udara Kemenhub, dan sedang ditelusuri bagaimana permasalahannya.
Baca: Bupati minta Mensos kirim logistik untuk korban banjir Aceh Tamiang
"Kami sudah berkoordinasi dengan Kemenhub khususnya Ditjen Perhubungan Udara. Mereka sedang meneliti terkait hal ini," ujarnya.
Sejauh ini, Dishub Aceh belum menerima informasi terkait hasil yang telah dilakukan Kemenhub. Diharapkan ini menjadi perhatian karena Aceh sedang dilanda musibah besar.
"Mereka sedang meneliti. Kita tunggu saja hasilnya. Semoga ada tindakan serius," demikian T Faisal.
Sebagai informasi, 18 kabupaten/kota di Aceh sedang ditimpa musibah banjir bandang hingga longsor. Termasuk wilayah dataran tinggi Aceh seperti Bener Meriah, Aceh Tengah, Gayo Lues, dan Aceh Tenggara.
Bahkan, hingga hari ini, Kabupaten Bener Meriah masih menjadi salah satu daerah yang terisolir pasca bencana. Karena, akses jalur darat menuju baik jalan maupun jembatan lumpuh total, dan masih dalam tahapan penanganan tim tanggap darurat bencana Aceh.
Baca: Update Banjir Aceh, Warga nyebrang gunakan gondola darurat di Teupin Mane
Pewarta: Rahmat FajriEditor : M.Haris Setiady Agus
COPYRIGHT © ANTARA 2025