Aceh Barat (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Aceh Barat memastikan sebanyak 40 kepala keluarga (KK) warga di kawasan pedalaman di Komunitas Adat Terpencil (KAT) Sikundo, Kecamatan Pante Ceureumen, kabupaten setempat hingga saat ini masih terisolir pasca terjangan banjir bandang pekan lalu.

“Kondisi masyarakat komunitas adat terpencil Sikundo saat ini sangat memprihatinkan, mereka tidak bisa keluar dari desa karena akses jalan rusak parah dan telah berubah menjadi aliran sungai,” kata Bupati Aceh Barat, Tarmizi kepada ANTARA, Senin di Meulaboh.

Hal ini diketahui saat dirinya bersama Wakil Ketua DPRK Aceh Barat Azwir, mendatangi kawasan tersebut pada Minggu (30/11) lalu bersama rombongan.


Baca juga: Kerusakan infrastruktur akibat banjir di Aceh Barat capai Rp200 miliar

Tarmizi mengatakan fakta yang ia temukan di lokasi bencana, masyarakat di kawasan tersebut hampir sepekan telah terisolir dan terkurung setelah akses badan jalan sepanjang lima kilometer hancur akibat terjangan banjir bandang.

“Badan jalan yang ada sudah menjadi sungai dan jembatan penghubung juga terputus, masyarakat disana benar-benar terisolir dari dunia luar,” kata Tarmizi.

Apabila ingin keluar dari desa, kata bupati, hanya kepala desa dan dua masyarakat saja yang berani keluar menyusuri aliran sungai menggunakan ban bekas sejauh lima kilometer.

Selain berbahaya dan mengancam keselamatan jiwa, kondisi tersebut membuat masyarakat semakin khawatir karena semua akses ke kawasan komunitas adat terpencil Sikundo saat ini benar-benar putus total.

Selain itu, seratusan jiwa masyarakat di kawasan pedalaman dan terpencil tersebut saat ini juga kekurangan pasokan bahan makanan dan obat-obatan, karena tidak lagi memiliki stok makanan yang memadai.

“Stok bantuan yang kami antar pada Minggu kemarin hanya cukup beberapa hari saja, kami khawatir masyarakat kelaparan disana,” kata Tarmizi.

Tarmizi mengatakan satu unit jembatan gantung yang dulu dibangun setelah viral nya anak-anak sekolah menyeberangi sungai lewat kabel baja pada masa Pj Gubernur Nova Iriansyah pada tahun 2019 lalu, kini telah hanyut terbawa banjir.

“Saat ini, untuk menyeberangi sungai, tidak tersedia perahu atau sampan. Warga terpaksa menggunakan ban mobil sebagai alat bantu,” kata Tarmizi.

Tarmizi mengatakan akses menuju ke Sikundo, Kecamatan Pante Ceureumen, Kabupaten Aceh Barat harus dilalui dengan menerobos hutan menuju Sikundo menggunakan mobil 4x4, dikemudikan oleh sopir off-road yang andal. 

Jarak dari Kota Meulaboh ke Gampong Pante sekitar 60 km, lalu dilanjutkan sejauh 30 km menuju Sikundo, melewati hutan lebat dan bekas jalan RGM.

Di tengah perjalanan, mobil beberapa kali tersangkut. Bahkan sempat terpikir untuk putar balik karena kondisi jalan yang nyaris tak bisa dilalui. 

“Alhamdulillah, secara kebetulan ada alat berat (beko) di kebun milik Wakil Ketua DPRK Aceh Barat Azwir yang membantu rombongan melanjutkan perjalanan,” katanya.

Pemerintah Kabupaten Aceh Barat berharap ada bantuan dari pemerintah pusat untuk pembangunan jalan dan jembatan menuju Sikundo.

Bupati Aceh Barat Tarmizi melihat ban bekas yang digunakan kepala desa dan warga di Komunitas Adat Terpencil (KAT) Desa Sikundo, Kecamatan Pante Ceureumen, Aceh Barat yang digunakan sebagai sarana transportasi untuk keluar dari desa setelah hampir sepekan terisolir akibat banjir bandang. Hingga Senin (1/12/2025) sebanyak 40 kepala keluarga (KK) warga di pedalaman setempat masih terisolir dan kekurangan pasokan makanan maupun obat-obatan. (ANTARA/Pemkab Aceh Barat)


Pewarta: Teuku Dedi Iskandar
Editor : Febrianto Budi Anggoro
COPYRIGHT © ANTARA 2025