Banda Aceh (ANTARA) - Warga korban bencana banjir di Kabupaten Aceh Utara mengungsi di 35 titik di daerah tersebut.
"Data sementara ada 35 titik pengungsian dan hampir seluruh Kabupaten Aceh Utara lumpuh total akibat bencana banjir," kata Juru Bicara Pemerintah Aceh Utara Muntasir Ramli dalam keterangan diterima di Banda Aceh, Jumat.
Muntasir mengatakan bencana hidrometeorologi di Aceh Utara terjadi karena tingginya curah hujan dan meluapnya air sungai Krueng Pase, Krueng Keureuto, Krueng Peutou, Krueng Pirak, Krueng Ajo, Krueng Sawang, Krueng Jambo Aye, dan Krueng Nisam.
Baca juga: Update Bencana Aceh: Darurat Bencana Ditetapkan, 22 meninggal, 20.759 orang mengungsi
Ia menjelaskan banjir yang melanda kabupaten itu mengakibatkan kerusakan sarana, prasaran serta infrastruktur, lahan pertanian, tambak dan perkebunan serta merendam pemukiman penduduk dan diperparah hilangnya jaringan internet (blackout/padam) yang menyebabkan tersendat proses evakuasi dan distribusi logistik ke lokasi pengungsian.
Ia menyebutkan data sementara dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Utara. Rabu, (26/11) pukul 10.30 WIB, sebanyak 19 Kecamatan terendam banjir, Tanah Jambo Aye (22 gampong/desa), Seuneddon (20), Baktiya (40), Muara Batu (10), Langkahan (8), Syamtalira Aron (14), Samudeta (7), Baktiya Barat (6), Lapang (11), Dewantara (16) Matangkuli (4), Bandar Baro (1), Lhoksukon (28), Pirak Timu (19), Sawang (5), Nibong (10), Tanah Luas (1) Murah Mulia (9) dan Kuta Makmur (7)
Adapun jumlah korban terdampak banjir sebanyak 46.830 jiwa (17.742 KK) dengan jumlah warga yang telah mengungsi 44.350 jiwa atau 14.713 kepala keluarga yang tersebar di 35 lokasi.
Ia merincikan korban bencana banjir yang mengungsi itu termasuk Ibu Hamil 64 jiwa, balita 490 jiwa, lansia 526 jiwa dan disabilitas 12 jiwa.
Adapun kerusakan rumah akibat banjir terdiri dari rusak berat 13 unit, sedang 67 unit dan ringan 50 unit.
Kemudian sebanyak 699 hektar sawah dan 571 hektar tambak terendam banjir dan sembilan lokasi tanggul sungai jebol dan 1 unit jembatan Krueng Sawang putus.
Adapun kebutuhan saat ini adalah bantuan evakuasi dan penyelamatan, makanan pokok, bantuan logistik masa panik dan alat berat untuk normalisasi.
Pemerintah Aceh Utara meningkatkan status siaga bencana menjadi tanggap darurat bencana banjir, melalui surat Nomor 360/851/2025 ditandatangani Bupati Aceh Utara, Ismail A Jalil yang berlaku 14 hari, terhitung 25 November hingga 8 Desember 2025.
Baca juga: Update Bencana Aceh, BMKG prediksi Intensitas hujan mulai menurun
Ia menambahkan Bupati Aceh Utara Ismail A Jalil telah menginstruksikan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Utara untuk terus berkoordinasi dengan instansi terkait untuk melakukan evakuasi dan penyelamatan warga yang terjebak banjir, mengingat peralatan dan personil Tim SAR yang dimiliki masih sangat terbatas
Selanjutnya Kepala OPD Pemkab Aceh Utara agar siaga untuk memudahkan koordinasi terkait penanganan banjir yang semakin meluas akibat intensitas curah hujan tinggi dan jebolnya sejumlah titik tanggul (tebing sungai)
Kemudian Kepala Puskesmas agar siaga dan menginstruksikan tenaga kesehatan agar memberikan pelayan kesehatan kepada para Pengungsi, terutama Ibu Hamil, Balita, Anak-anak, Lansia dan disabilitas
Ia juga meminta Kepala Dinas PUPR agar segera menggerakkan perataan untuk melakukan normalisasi tempat tempat yang tersumbat agar genangan banjir dapat di atasi.
"Para Camat agar tetap berada di tempat dan menghimpun informasi di lapangan untuk segera disampaikan kepada pimpinan dan Kepala Dinas Sosial untuk segera menyalurkan bantuan masa panik ke tempat-tempat pengungsian," katanya.
Pihaknya juga mengimbau kepada warga yang berada di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) agar tetap siaga dan waspada mengingat debit air sungai semakin tinggi akibat curah hujan tinggi dan kedangkalan sungai.
Pemko Lhokseumawe distribusikan bantuan ke empat desa terisolir banjir
Pewarta: M IfdhalEditor : Febrianto Budi Anggoro
COPYRIGHT © ANTARA 2025